kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Waswas panen seret, industri rokok bisa tambah tembakau impor tahun ini


Selasa, 12 April 2011 / 11:50 WIB
Waswas panen seret, industri rokok bisa tambah tembakau impor tahun ini
ILUSTRASI. Warga melintas di depan kantor Pusat Asuransi Jiwasraya Jakarta, Selasa (15/1). Untuk mengatasi masalah lukuiditas di Jiasraya pemerintah akan mengundang BUMN dan investor asing masuk menjadi pemegang saham di Jiwasraya./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/15/


Reporter: Evilin Falanta, Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Industri rokok dalam negeri harap-harap cemas terhadap panen tembakau tahun ini. Pasalnya, cuaca yang tak menentu membuat para petani tembakau tak berani menargetkan jumlah panen yang muluk-muluk.

Tengok saja, di 2010 produksi tembakau nasional hanya 80.000 ton, padahal kebutuhan tembakau nasional sebanyak 240.000 ton. Itulah sebabnya, industri rokok lokal harus mengimpor tembakau dari beberapa negara seperti Zimbabwe, Turki, Brasil dan Thailand.

Selain karena kebutuhan untuk campuran dengan tembakau lokal (blending), tembakau impor harganya relatif murah. Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Budidoyo bilang, harga jual tembakau di petani lokal rata-rata mencapai Rp 70.000 per kilogram (kg). "Tembakau impor harganya di bawah itu," ujarnya ketika mengunjungi redaksi KONTAN akhir bulan lalu.

Ketika dihubungi KONTAN kembali hari ini (12/4), Budidoyo optimistis target panen tahun ini bisa mencapai 180.000 ton. "Asalkan curah hujan tidak tinggi," katanya.

Tapi, jika musim petik tiba dan curah hujan tetap tinggi, panen bisa anjlok dan tidak bisa memenuhi kebutuhan tembakau dalam negeri. Tentu saja, potensi impor tembakau akan lebih tinggi tahun ini.

Salah satu langkah antisipasi adalah dengan mencampur tembakau lokal dengan persediaan tembakau impor yang biasanya untuk kebutuhan industri selama tiga hingga empat tahun ke depan. "Kebutuhan tembakau impor hanya 10% dari produksi rokok, terutama kretek," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×