kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wawancara Presdir TVRI Helmy Yahya, dari kelakuan netizen sampai reformasi total TVRI


Selasa, 10 September 2019 / 15:54 WIB
Wawancara Presdir TVRI Helmy Yahya, dari kelakuan netizen sampai reformasi total TVRI
ILUSTRASI. Presiden Direktur TVRI Helmy Yahya


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Lembaga Penyiaran Publik TVRI sedang dan terus berbenah total. Peralatan dari pemancar sampai dengan alat-alat liputan terus diperbaharui. Mereka seperti mendapatkan darah segar pimpinan yang ingin terjun langsung memperbaiki segala lini TVRI.

Lihat saja, mobil liputan sampai satellite news gathering menjadi alat terbaru dan tercanggih yang dimiliki TVRI. Perubahan total ini karena semangat menjadikan TVRI media yang ingin mempererat persatuan bangsa, menjaga budaya bangsa, menjaga peradaban bangsa, dan memerangi hoax.

Baca Juga: Fans MU kecewa laga MU vs Chelsea tak disiarkan di TVRI

Kelihatannya, jargon itu agak klise, tetapi menurut Helmy Yahya Presiden Direktur TVRI, mengatakan, TVRI saat ini memiliki 360 pemancar dan 32 kantor di seluruh Indonesia ditugaskan untuk menjadi TV Publik yang bisa menjaga nilai-nilai kebangsaan.

Setelah dua tahun menahkodai TVRI dan pihak ketiga melihat kinerja TVRi, maka Mola TV pun ingin bekerjasama dengan TVRI yang memiliki 160 juta pentonton di seluruh Indoensia. Mola TV percaya bahwa kerjasama dengan TVRI sama-sama memberikan manfaat satu sama lain. "Memang kalau mau dibilang, monster program TVRI adalah Liga Inggris, itu yang membuat banyak orang melihat TVRI lagi," kata dia. 

Berikut wawancara khusus Azis Husaini Wartawan Kontan.co.id dengan Presiden Direktur TVRI Helmy Yahya di ruang kerjanya, Senin (2/9).

KONTAN: Sekarang banyak yang marah tidak bisa nonton TVRI?
HELMY: Sekarang orang marah-marah tidak bisa nonton TVRI, kami adalah TV Publik yang harus tunduk akan aturan atau dengan kata lain harus menjangkau sebanyak orang dan seluas mungkin. Kami punya 360 pemancar walau ada yang mati dan lemah. TV Swasta paling hanya 58 pemancar. Mereka (swasta) memang tidak diwajibkan untuk menjangkau seluruh daerah, kami ini harus. Itulah kewajiban TV Publik, saya waktu itu ke Nunukan, kami bikin digital disana meski penduduknya sedikit karena di berbatasan dengan Malaysia. Malaysia sudah digital. Jadi dengan menaikkan ke digital maka kita bisa melawan Malaysia.

KONTAN: Tapi netizen banyak tidak sopan menyerang TVRI?
HELMY: Saya ketawa saja, menyayang karena netizen tidak sopan di medsos, tapi yah namanya juga netizen saya tahu mereka mau nonton. Meskipun kami sudah menjangkau 160 juta penonton, bahkan ada yang bilang 200 juta penonton, tapi kan penduduk kita 265 juta. Jadi kalau memang mau menonton TVRI ya harus free to air atau terestial, pakai antena. Tidak bisa memakai televisi berbayar. 

Sekarang itu memang banyak di daerah yang memakai televisi berbayar yang jangkauannya hanya satu kecamatan. Tentu kalau memakai televisi berbayar kami tidak bisa. Kalau mau pakai Mola TV itu. Kami itu free to air dan harus ubah ke antena kalau mau mendpaat siaran TVRI. Sekarang kami punya 63 pemancar digital. Ini yang akan terus tambah. jadi ada yang kecewa itu saya tahu. 

Kalau di daerahnya tidak ada jangkauan TVRI dan kemudian di televisi berbayarnya tidak ada TVRI kami minta maaf. Karena memang kami tidak bisa "main" kami hanya dikasih lisensi untuk free to air dari Mola TV.  Semoga masyarakat bisa mengerti, bahwa kami ingin sekali sebanyak mungkin bisa menonton TVRI dan free.  




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×