Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Persaingan hotel bintang dua di Indonesia bakal semakin sengit. Soalnya, jaringan hotel bintang dua, Whiz Hotel, berencana membangun 60 hotel selama lima tahun mendatang.
Perusahaan yang akan mengembangkan Whiz Hotel ini adalah PT Intiland Development. Dana sebesar Rp 2,4 triliun telah mereka siapkan untuk membiayai pembangunan 60 hotel tersebut. "Dana itu berasal dari kas internal dan sebagian lagi dari investor," ujar Anis Herianto, Direktur Proyek Intiland, Kamis kemarin (18/6).
Sebagai tahap awal, Anis membeberkan, Intiland akan membangun 10 hotel di pulau Jawa, antara lain di kota Semarang, Surabaya, Bandung, Malang, dan Jakarta. "Kami telah melakukan ground breaking untuk proyek pertama kami di Yogyakarta. Targetnya dalam enam bulan akan selesai," imbuh Anis.
Jika Intiland ekspansif di bisnis hotel bintang dua, pesaingnya, jaringan Formule 1, justru menangguhkan pembangunan hotelnya, terutama pada beberapa lokasi di Jawa Tengah dan Jakarta. “Kami memutuskan untuk menahan sampai krisis berakhir,” kata Purwo Hari Prawiro, Wakil Presiden Direktur PT Jakarta Setiabudi Internasional, pengembang Formule 1.
Asal tahu saja, Jakarta Setiabudi menghitung, biaya pembanguna satu hotel membutuhkan dana Rp 30 miliar. Padahal, mereka akan membangun sekitar lima hotel lagi. Jadi, setidaknya, mereka harus menyiapkan dana Rp 150 miliar.
Masalahnya, pasar hotel, terutama dari acara pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) tengah menurun. "Akan sangat tidak realistis jika memaksakan pembangunan meski permintaan dari individual traveller cukup tinggi," jelasnya. Purwo mengaku masih menanti saat yang tepat untuk membangun hotel itu.
Kini, Jakarta Setiabudi baru memiliki dua hotel Formule 1 yang terletak di Cikini dan Menteng. Kedua hotel tersebut rata-rata memiliki tingkat okupansi 60%.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Seluruh Indonesia (PHRI) Wiryanti Sukamdani menilai, pasar hotel bintang dua di Indonesia sebenarnya terbilang cukup besar. "Okupansinya sekitar 50%, pasarnya sendiri lebih stabil daripada hotel bintang tiga ke atas," ujarnya.
Meskipun begitu, Yanti mengingatkan agar hotel-hotel lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Pasalnya, hotel yang lebih dulu ada, tentunya jauh lebih siap dalam melakukan promosi.
Sementara, hotel baru umumnya masih menghitung kapan investasi yang dibenamkan akan kembali. "Kalau terkait krisis, saya rasa dampaknya bagi industri perhotelan masih akan terasa hingga tiga tahun kedepan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News