Reporter: Fahriyadi | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berdampak pada melonjaknya biaya distribusi cukup membuat pengusaha pusing. Namun, ternyata hal itu bukan satu-satunya faktor yang membuat para pengusaha harus memijat-mijat kepalanya sendiri.
Lalu, apa faktor lain tersebut? "Momentum kenaikan BBM saat ini tidak tepat, karena dilakukan saat situasi pasar di luar negeri sedang lesu. Kondisi ini membuat ekspor industri nasional melemah," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, Senin (24/6).
Selain dua faktor tadi, Sofjan juga mengeluhkan nilai tukar rupiah kita yang rendah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Menurutnya, impor bahan baku produksi dari tiap sektor rata-rata mencapai 30%, dan itu menggunakan kurs dollar yang sekarang menguat terhadap rupiah.
Ia menyatakan, bahwa dalam transaksi sehari-hari saat ini, pengusaha sudah menggunakan kurs dollar diatas Rp 10.000 per dollar AS. "Kami berharap kurs dollar dibawah Rp 10.000 yakni sekitar Rp 9.700 per dollar AS," tandasnya.
Sofjan menyatakan kemampuan pemerintah menjaga nilai tukar ini menjadi faktor pengusaha bisa menjaga stabilitas harga barang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News