Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Industri komponen dan pembangkit listrik PT Zug Industry Indonesia berencana menambah produksi komponen boiler atawa ketel uap, untuk memasok kontraktor pembangkit listrik berkapasitas 600 megawatt (MW) dan 1.000 MW. Rencana ini menyambut rencana pemerintah membangun pembangkit listrik 35.000 MW.
Henkie Leo, Presiden Direktur PT Zug Industry Indonesia bilang, pabrik keduanya ini, ada di lahan seluas 20 hektare di Pandeglang, Banten. "Pabrik ini sedang kami desain,” kata Henkie kepada kepada KONTAN, Kamis (15/1).
Pabrik kedua akan memperkuat produksi pabrik pertama mereka di Kapuk, Jakarta Utara. Pabrik pertama Zug Industry memproduksi komponen boiler berkapasitas 30 MW dan komponen broiler 100 MW.
Untuk pembangunan pabrik baru, Zug Industry mengalokasikan belanja modal sekitar US$ 50 juta. Dana ini berasal dari kas sendiri dan pinjaman perbankan asing.
Henkie bilang, bank nasional saat ini masih enggan memberi dukungan kredit lantaran jangka waktu balik modal industri ini terbilang lama. "Perbankan hanya beri pendanaan untuk jangka waktu 4,5–5 tahun," jelas dia.
Untuk kapasitas produksi boiler pabrik kedua ini, tergantung pesanan PLN ataupun dari kontraktor pembangkit listrik swasta. Selama ini, produktivitas pabrik boiler masih rendah lantaran kontraktor dalam negeri lebih banyak impor dari China. Sebagai contoh, tahun 2014 lalu, perusahaan hanya bikin dua boiler yang dijual ke PLN dan di ekspor ke Pakistan.
Selain bikin boiler sendiri, Zug Industry juga memproduksi komponen untuk pabrikan boiler di Belgia. Adapun untuk 2015 ini, Zug Industry telah mendapatkan sekitar tiga pesanan boiler dari kontraktor pembangkit listrik swasta, yang membangun pembangkit listrik biomassa.
Soal nilainya, Henkie belum bisa memastikan, karena tergantung jenis boilernya. Jika desain pabrik rampung dalam waktu satu dua pekan ke depan, Zug Industry akan berkonsultasi dengan Kementerian Perindustrian untuk mendapatkan proteksi.
Henkie menyatakan, pihaknya ingin ada kebijakan yang mewajibkan kontraktor listrik swasta membeli boiler dari industri dalam negeri. Jika usulan ini disetujui, ia memastikan pabrik kedua segera konstruksi. "Jika ada kepastian, kami bangun Maret atau April 2015," katanya.
Hengki menilai, megaproyek pembangkit 35.000 MW menjadi momentum yang tepat untuk Indonesia mendirikan pabrik komponen dan pembangkit sendiri. "Kalau tidak dibangun sekarang, kita akan ketergantungan impor selamanya," tegas Henkie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News