kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Zulhas Lepas Ekspor Baja Senilai US$ 808.262 Milik Tata Metal Lestari


Sabtu, 22 Juni 2024 / 21:03 WIB
Zulhas Lepas Ekspor Baja Senilai US$ 808.262 Milik Tata Metal Lestari
ILUSTRASI. Mendag Zulkifli Hasan melepas delapan kontainer produk baja lapis warna ke Australia, Kanada, dan Puerto Rico dengan total nilai sebesar US$ 808.262


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan melepas delapan kontainer produk baja lapis warna ke Australia, Kanada, dan Puerto Rico dengan total nilai sebesar US$ 808.262.

Zulkifli Hasan, yang akrab disapa Zulhas, mengatakan bahwa produk baja lapis bermerek Nexalume, Nexium, dan Nexcolor produksi PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) ini berasal dari pabrik baru mereka yang berada di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat.

Menurutnya, produsen baja lapis tersebut merupakan salah satu perusahaan yang memberikan kontribusi signifikan, sehingga neraca perdagangan Indonesia selama 48 bulan berturut-turut mengalami surplus.

“Tahun 2022 surplus kita mencapai US$ 54,5 miliar, tahun 2023 surplus kita memang sempat turun menjadi US$ 36 miliar lebih, namun hingga Mei 2024 sudah hampir mencapai US$ 14 miliar," ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (22/6).

Baca Juga: Mendag Sebut Harga Minyakita Bakal Naik Jadi Rp 15.700 per Liter Mulai Pekan Depan

Zulhas mengungkapkan bahwa negara tujuan ekspor produk baja tersebut menyambut baik, karena selama ini Indonesia banyak mengimpor produk dari negara tersebut sehingga menyebabkan defisit perdagangan.

Dia menyebutkan bahwa pelepasan ekspor baja ke Kanada dan Australia adalah momentum yang tepat untuk merespon permintaan baja yang terus meningkat di kedua negara tersebut, masing-masing sebesar 16,94% dan 14,72% dalam lima tahun terakhir.

Zulhas juga mengapresiasi PT Tata Metal Lestari yang terus aktif memanfaatkan peluang pasar ekspor dan melakukan diversifikasi pasar ekspor. Hal ini dilakukan dengan mengedepankan prinsip industri hijau dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing produk baja di pasar global.

“Karena memang, jika kita ingin menjadi negara maju, kita harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, jika UMKM saja kita bangga, apalagi ini termasuk industri dengan teknologi tinggi. Semoga ini menjadi tanda bahwa cita-cita kita untuk menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa tercapai," katanya.

Sementara itu, Vice President Operations PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi, menjelaskan bahwa kondisi impor baja sempat menurun pada masa pandemi Covid-19. Namun, pihaknya memanfaatkan potensi pasca pandemi, terbukti di tahun 2021 dan 2022 impor kembali meningkat menjadi 15,6 dan 16,8 juta ton.

“PT Tata Metal Lestari yang baru berdiri pada tahun 2019 akhirnya melakukan manuver ekspor. Langkah ini diambil setelah mempelajari pola-pola seperti adanya gangguan rantai pasok, permintaan yang fluktuatif, ketidakstabilan harga dan pasar, dukungan pemerintah, perlindungan industri domestik, inovasi, dan adaptasi,” terang dia.

Hasilnya, kondisi ekspor impor produk baja pada kuartal I/2023 menunjukkan tren positif. Volume ekspor produk baja dengan Kode HS 72 dan 73 mengalami kenaikan sebesar 8,2% menjadi 3,18 juta ton, sedangkan volume impor turut mengalami peningkatan sebesar 7,7%.

Sejalan dengan hal itu, Stephanus menjelaskan bahwa pihaknya semakin yakin bergerak di lini pasar ekspor. Saat ini, PT Tata Metal Lestari mengalokasikan sebesar 30% dari kapasitas produksinya untuk diekspor. Kontribusi penjualan ekspor adalah 25% hingga 30% dari total pendapatan.

Baca Juga: Impor RI Naik 14,8% Pada Mei 2024, Peningkatan Terjadi pada Seluruh Golongan Barang

"Saat ini, dari produksi kami sebesar 85% dari kapasitas, 30% nya kami dedikasikan untuk ekspor. Kontribusi penjualan ekspor adalah 25% hingga 30% dari total revenue," tuturnya.

Untuk menjaga tren positif tersebut, Stephanus berharap dukungan dari Menteri Perdagangan untuk mendorong transfer teknologi melalui kemitraan dengan negara maju dan institusi penelitian dapat terus dilakukan.

Lebih lanjut, dia juga berharap pemerintah mendukung penerapan regulasi lingkungan yang ketat, mendorong pemberian pembiayaan dan insentif untuk perusahaan yang mengadopsi teknologi manufaktur hijau (berkelanjutan), serta melakukan kegiatan ekspor secara aktif.

Terakhir, Kementerian Perindustrian diharapkan terus mendorong peluang economic powerhouse antara Indonesia dan negara-negara lain dalam memaksimalkan perjanjian kemitraan ekonomi baik bilateral maupun multilateral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×