Reporter: Sofyan Nur Hidayat |
JAKARTA. Bisnis penerbangan berbiaya minimal atau lazim dikenal dengan low cost carrier (LCC) tumbuh pesat. Menurut data Kementerian Perhubungan (Kemhub), sejak awal tahun jingga sekarang jumlah penumpang LCC di dalam negeri telah mencapai 35,34 juta orang, naik sekitar 14% dibanding kurun waktu yang sama tahun 2009.
Yurlis Hasibuan, Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kemhub, mengatakan, pertumbuhan jumlah penumpang penerbangan LCC jauh lebih cepat dibandingkan penumpang layanan penerbangan kelas premium yang tahun ini hanya naik 4%.
"Lion Air menguasai low cash carrier dengan jumlah penumpang sekitar 20 juta," kata Yurlis, Jumat (12/11).
Setelah Kemenhub memberlakukan tiga macam tarif layanan penerbangan, yaitu full service, medium dan nofrills atau tarif penerbangan minimum Juni 2010 lalu, sebagain besar dari 18 perusahaan penerbangan berjadual memilih layanan no frills untuk menggaet banyak penumpang.
Yurlis mengatakan, masyarakat cenderung memilih layanan penerbangan berbiaya rendah karena daya beli masyarakat relatif terbatas. Dus, itu sebabnya jumlah penumpang maskapai berbiaya full service seperti Garuda Indonesia hanya tumbuh 3%-4% setiap tahunnya.
Menurut Yurlis, jumlah penumpang angkutan udara di Indonesia tahun ini diperkirakan naik sekitar 10% menjadi 48 juta penumpang. dari jumlah tersebut, sekitar 60% merupakan penerbangan no frills. Sementara jumlah penumpang tahun lalu mencapai 43,7 juta orang. Ia memperkirakan jumlah penumpang angkutan udara tahun 2011 bisa mencapai 53 juta orang.
LCC juga tumbuh di Asia Pasifik
Ke depan, persaingan di pasar penerbangan LCC akan semakin ketat. Soalnya, setiap perusahaan penerbangan yang memilih layanan LCC terus berusaha menekan biaya. Salah satunya, PT Mandala Airlines. Diono Nurjadin, Direktur Utama Mandala, mengatakan, perusahaannya menawarkan tarif lebih rendah mulai Senin (15/11) ini. "Penumpang dapat menghemat Rp 60.000 jika melakukan perjalanan tanpa bagasi," katanya.
Pasar LCC yang terus tumbuh pesat juga terjadi di berbagai negara lain. Data yang dilansir perusahaan konsultan perusahaan Frost and Sullivan menunjukkan, jumlah penumpang LCC di Asia Pasifik terus mengalami peningkatan. Tahun 2008 jumlah penumpang penerbangan LCC baru sekitar 116 juta. Di tahun 2012 nanti, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 117 juta penumpang. "Tingkat rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 16,9%," kata Eugene van de Weerd, Country Director Frost & Sullivan untuk Indonesia.
Selain jumlah penumpangnya, menurut Van de Weerd, jumlah pesawat yang digunakan untuk jenis penerbangan LCC juga akan terus meningkat. Ia memperkirakan, jumlah pesawatnya akan bertambah dari 450 pesawat di tahun 2008 menjadi 830 pesawat di tahun 2012.
Turunnya harga sewa dan harga pesawat, imbuh Van de Weerd, juga mendorong pertumbuhan pasar LCC di Asia Pasific.
Meskipun bisnis penerbangan LCC memiliki prospek yang cerah, toh tidak berarti bisnis penerbangan jenis ini tidak menghadapi tantangan. Menurut Van de Weerd, tantangan yang tetap besar adalah biaya bahan bakar yang porsinya mencapai 40% dari total penghasilan.
Selain itu, juga tidak ada bandara yang memberikan tarif khusus untuk handling pesawat penerbangan LCC. Padahal kedua komponen tersebut sangat berpengaruh pada berpengaruh terhadap overhead dan tingkat keuntungan perusahaan penerbangan layanan LCC.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News