Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS), anggota holding tambang MIND ID, memacu pengembangan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element melalui revitalisasi fasilitas pilot plant pengolahan monasit di Tanjung Ular, Bangka Barat.
Pengembangan ini menjadi bagian dari strategi hilirisasi mineral nasional dan sejalan dengan program meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. MIND ID dan TIMAH fokus mendorong pemanfaatan mineral ikutan dari penambangan timah untuk membangun industri LTJ yang berdaya saing.
Wakil Direktur Utama MIND ID Dany Amrul Ichdan mengatakan, Indonesia memiliki potensi LTJ yang langka dan bisa menjadi basis ekosistem industri strategis masa depan, seperti magnet permanen, baterai, dan katalis.
Baca Juga: Mind ID Gaet Danantara Garap Proyek Hilirisasi
"Rare earth element ini terdiri dari 15 unsur, dengan unsur dominan antara lain Cerium, Lantanum, Neodymium dan Praseodimium. Dengan pengembangan rare earth ini, kami yakin Indonesia mampu menjadi basis bagi pengembangan ekosistem industri strategis masa depan," kata Dany dalam keterangan resmi, Jumat (25/4).
Adapun, revitalisasi pilot plant difokuskan pada peningkatan kemampuan pengolahan monasit menjadi produk mix rare earth carbonate. Langkah ini menjadi pondasi awal untuk mengembangkan pabrik pengolahan LTJ skala komersial.
Direktur Pengembangan Usaha TIMAH Dicky Octa Zahriadi menjelaskan, pihaknya tengah menjajaki kerja sama teknologi dengan mitra dalam dan luar negeri untuk mempercepat proses hilirisasi.
"Untuk mendukung pengembangan teknologi pengolahan monasit, TIMAH bekerja sama dengan berbagai lembaga mitra teknologi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri," ujarnya.
Baca Juga: Permintaan Naik, Mind ID Perkuat Cadangan Emas
Selain itu, Dicky menambahkan, kandungan thorium dalam mineral LTJ berpotensi menjadi sumber energi alternatif untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pemanfaatan thorium dinilai dapat mendukung transisi energi dan meningkatkan kemandirian energi nasional.
Meski telah dibangun sejak 2010, pengembangan pilot plant menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari keterbatasan teknologi pengolahan yang terbukti, minimnya mitra berpengalaman, hingga kebutuhan akan dukungan teknis dalam proses revitalisasi.
Kendati demikian, TIMAH tetap berkomitmen melanjutkan validasi teknologi dan pengujian skala terbatas di fasilitas tersebut. Ke depan, perusahaan juga akan memperluas kolaborasi strategis untuk mempercepat penguasaan teknologi LTJ.
“Dengan adanya pengembangan REE di dalam negeri, TIMAH berupaya untuk memperluas rantai pasok industri berbasis sumber daya alam mineral nasional,” pungkas Dicky.
Selanjutnya: Bertemu Bank Dunia, Sri Mulyani Bahas Potensi Pembiayaan dengan BUMN dan Danantara
Menarik Dibaca: Produk Baru Somethinc Soroti Tren Kosmetik Hybrid dan Inklusivitas Warna Kulit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News