kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lemahnya rupiah berdampak ke efisiensi pegawai KFC


Jumat, 26 Desember 2014 / 14:27 WIB
Lemahnya rupiah berdampak ke efisiensi pegawai KFC
ILUSTRASI. Simak Rute Ganjil Genap Jakarta Selatan, Catat Biar Tidak Kena Tilang!


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Fast Food Indonesia Tbk sepertinya bakal terus terkena paparan pelemahan rupiah. Hal ini dipicu oleh kebutuhan bahan baku impor, khususnya untuk bumbu rahasia ayam goreng dan kentang goreng yang dijual di gerai-gerai KFC.

Sebab, emiten dengan kode saham FAST di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak bisa sembarangan membeli bahan baku bumbu dan kentang goreng tersebut. "Kami harus membeli bahan baku itu dari distributor yang memang sudah ditunjuk dan memiliki lisensi," imbuh Mario B. Leadres, General Manager Finance & Administration FAST.

Jadi, FAST tidak bisa sembarangan mengambil bahan baku dari perusahaan lain demi menghemat pembelian beban baku. Sebab, perseroan telah terikat perjanjian dengan pemilik hak waralaba, yakni Yum! Restaurant International (YRI) yang secara resmi telah menunjuk sejumlah pemasok bahan baku FAST.

Sebagai catatan, hingga kuartal III lalu, beban pokok FAST tercatat sebesar Rp 1,25 triliun. Dari angka tersebut, 15,73% merupakan pembelian seluruh komponen bahan baku termasuk pengemasan. Nah, dari porsi 15,37% itu, sekitar 5% hingga 6% merupakan pembelian bahan baku untuk bumbu rahasia dan kentang goreng.

Sejatinya, bahan baku tersebut dibeli FAST dari perusahaan lokal yang secara logika dapat menekan resiko tekanan pelemahan kurs. Namun, perusahaan tersebut juga merupakan distributor resmi yang telah ditunjuk oleh YRI mengingat hal ini juga merupakan bagian dari perjanjian waralaba.

"Meski kami sudah beli dari perusahaan lokal, tapi perusahaan itu sudah ditunjuk, sehingga transaksinya tetap menggunakan dollar," ujar Mario.

Jadi, FAST tidak memiliki jalan lain selain melakukan efisiensi demi mengurangi resiko paparan kurs. Salah satu yng paling sering dilakukan adalah, efisiensi karyawan. 

Tekanan kurs, ditambah dengan kenaikan upah minimum dan harga BBM telah membuat FAST selama ini mengurangi rata-rata 37 karyawan di setiap gerai miliknya. Sementara, ada 476 gerai KFC yang tersebar di seluruh Indonesia.

Efisiensi tersebut cukup membuat kinerja FAST hingga saat ini tetap bertahan di zona positif. Namun, efisiensi itu tidak mampu menjaga marjin perseroan tetap tinggi. Tekanan makro tadi juga sempat membuat FAST merevisi target pertumbuhan pendapatan dari semula 12% menjadi 10%.

Tekanan belum usai. Soal persaingan, FAST juga terganggu dengan kedatangan para pemain baru. Para pemain tersebut berpotensi mengganggu pangsa pasar yang selama ini telah menjadi zona nyaman perseroan.

"Terutama brand dari Korea, seperti Bon Chon. Tapi, untuk pangsa pasarnya, secara kuantitatif belum kami hitung," jelas Mario.

Sehingga, selain efisiensi, FAST juga bakal menggunakan strategi lain guna mempertahankan pentrasinya. Manajemen menjanjikan ada sejumlah produk ayam baru yang bakal diluncurkan tahun depan.

Konsep KFC Box juga akan semakin gencar pengembangannya tahun depan. Tahun 2015, FAST berencana membangun 40 hingga 45 gerai dimana 20 diantaranya adalah KFC box. Untuk gambaran, KFC Box merupakan gerai KFC dengan ukuran yang lebih mini.

Ukurannya rata-rata 60 meter persegi hingga 100 meter persegi. Biasanya, ukuran 60 meter persegi sudah habis digunakan untuk space dapur dan meja kasir. Sisa luasannya, sekitar 40 meter persegi terbilang kecil, dan inilah yang dijadikan ruang makan, tentunya dengan jumlah meja yang lebih sedikit pula.

Selain lebih efisien, konsep seperti ini juga mirip seperti gerai Pizza Hut Delivery yang seolah-olah gerai kecil tersebut bisa 'menjemput' para konsumen dimana pun mereka berada. Kecilnya gerai juga bisa mempertahankan penetrasi pasar perseroan.

Cashflow perseroan juga meningkat lantaran kecilnya ruang makan membuat lebih banyak melakukan pembelian take away ketimbang makan ditempat. Apalagi, gerai KFC Box juga dilengkapi dengan layanan self order.

Sebab, biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan KFC box lebih murah 40% dibanding biaya untuk gerai reguler yang mencapai Rp 4 miliar per gerai. Sehingga, pengembalian yang bisa diperoleh dari investasi KFC Box bisa lebih cepat dibanding gerai KFC reguler.

"Kalau gerai reguler, pengembalian dari investasi baru bisa diperoleh setelah kurun 3,6 tahun hingga 4,2 tahun. Tapi, kalau KFC Box rata-rata itu hanya butuh 2,7 tahun hingga 3 tahun," tutur Mario.

Singkatnya waktu pengembalian juga diharapkan semakin banyak investor yang ingin ikut pertisipasi mendirikan gerai KFC. Maklum saja, dari ratusan gerai KFC tersebut tidak sepenuhnya dimiliki FAST. Sebagiannya merupakan kerjasama dengan pemilik aset dengan sistem bagi hasil. Alhasil, konsep KCF Box ini dapat membuat jangkauan pasar KFC menjadi lebih luas seiring meningkatnya minat investor yang ingin ikut mendirikan KFC Box.

Tahun depan, manajemen menyiapkan Rp 240 miliar yang diambil dari kas internal guna mendukung rencana bisnisnya tahun depan. Kendati telah memiliki rencana strategis, namun dengan segala tekanan yang ada membuat manajemen tidak berani memasang target kinerja tinggi tahun depan. FAST masih mempertahankan target batas bawah untuk pendapatannya.

"Tahun depan, growth pendapatan kami minimal 10%, maksimal 13,9%," pungkas Mario. Sebagai catatan, tahun ini pendapatan FAST diproyeksi dapat menyentuh angka Rp 4,36 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×