kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,57   -4,45   -0.50%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2015, Induk SMART Bakal Sertifikasi Lahan Sawit


Selasa, 10 Agustus 2010 / 13:21 WIB
2015, Induk SMART Bakal Sertifikasi Lahan Sawit


Reporter: Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) mengaku bahwa pihaknya mengantongi sertifikat Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Tak hanya itu, SMART juga aktif dalam kampanye kelapa sawit lestari.

Presiden Direktur PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) Daud Dharsono bilang, meski SMART sudah mengantongi sertifikat ini, induknya--yaitu Golden Agri-Resources (GAR)--justru belum mengantonginya.

"Tapi, GAR akan segera menjadi anggota RSPO dan mensertifikasi kebun kelapa sawitnya pada tahun 2015 mendatang," tegas Daud.

RSPO merupakan standar pengelolaan perkebunan sawit yang sesuai kaidah-kaidah kelestarian lingkungan hidup secara berkelanjutan. Sertifikat ini sekaligus untuk memastikan bahwa CPO yang dihasilkan benar-benar memenuhi prinsip dan kriteria yang disyaratkan. Misalnya, perusahaan tersebut tidak melakukan pembakaran hutan, tidak ada konflik dengan masyarakat adat dan serikat pekerja, serta memenuhi aturan pemerintah.

Sertifikasi ini digarap lembaga Control Union World Group. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, perusahaan harus mendatangkan auditor. Tentu ini butuh biaya. Belum lagi, sertifikat tersebut harus diperpanjang setiap tahun.

Menurut riset Oil World, konsumsi CPO yang meningkat pesat memang telah menggusur minyak nabati lainnya. Tahun 1991, di antara 17 jenis minyak nabati dunia, porsi konsumsi CPO mencapai 13,9%. Adapun konsumsi minyak kedelai berada di urutan teratas dengan pangsa 19,6%.

Namun tahun ini, komposisi nya berubah drastis. Dari total konsumsi minyak nabati dunia sebanyak 169 juta ton setahun, CPO berada di posisi pertama dengan pangsa pasar 27,7%. Sementara konsumsi minyak kedelai berada di urutan kedua sebesar 22,3%. Adapun porsi konsumsi minyak biji bunga matahari merosot sedikit, yakni dari 10,3% menjadi 7,3% saja.

Dalam pertemuan di Nusa Dua, Bali, akhir tahun 2009 lalu, Executive Director Oil World Thomas Mielke mengatakan, saat ini konsumen CPO masih mengutamakan harga ketimbang melihat sertifikat ramah lingkungan yang dimiliki perusahaan kelapa sawit.

Akibatnya, harapan pengusaha yang memiliki sertifikat RSPO bisa mendapatkan harga premium pun buyar. Padahal, ujar Mielke, pengusaha mengeluarkan ongkos untuk audit standar RSPO. "Jika pengusaha menjual dengan harga lebih tinggi, pembeli tidak akan tertarik," imbuh Mielke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×