kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

2016, Kemtan pangkas kuota impor sapi indukan


Senin, 14 September 2015 / 15:59 WIB
2016, Kemtan pangkas kuota impor sapi indukan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) menurunkan kuota impor sapi indukan tahun 2016. Bila tahun ini, Kemtan menargetkan bisa mengimpor sebanyak 30.000 ekor sapi indukan, maka pada tahun depan kuota impor sapi indukan hanya 5.000 ekor saja.

Penurunan kuota impor sapi indukan dilakukan karena Kemtan akan lebih mengutamakan pengembangan Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Muladno Basar, Kemtan akan lebih fokus dalam mendorong pengembangan populasi sapi dalam negeri lewat program SPR.

Ia bilang, Kemtan akan memaksimalkan produksi sapi lokal ketimbang sapi dari luar negeri. "Yang dari luar negeri nanti saja, kita lihat dulu SPR berhasil apa tidak," ujar Muladno di Gedung DPR, Senin (14/9).

Muladno bilang, Kemtan mengharapkan dapat memperoleh sebanyak 50.000 ekor calon sapi indukan dari SPR yang tengah dikembangkan saat ini. Pengembangan peternakan rakyat ini merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada sapi impor dan menuju swasembada daging sapi yang telah dicanangkan pemerintah.

Menurutnya, pengembangan peternakan rakyat menjadi fondasi kuat untuk menjawab krisis impor sapi yang menjadi penyakit tahunan negeri ini.

Catatan saja, dari target impor sapi indukan sebanyak 30.000 ekor tahun ini, baru akan terealisasi sebanyak 11.000 ekor pada akhir bulan September. Lambatnya realisasi impor sapi indukan itu disebabkan masalah administrasi saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×