Reporter: Herry Prasetyo | Editor: Asnil Amri
BONTANG. Kebutuhan bahan peledak di Indonesia akan mengalami peningkatan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat melakukan kunjungan ke pabrik bahan peledak milik Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (15/6).
Menurut Purnomo, kebutuhan bahan peledak secara nasional saat ini sudah 550.000 ton per tahun. Dalam lima tahun ke depan, kebutuhan bahan baku peledak berupa amonium nitrat itu bisa mencapai 800.000 ton per tahun.
Selain untuk militer, kebutuhan bahan peledak terbesar datang dari sektor pertambangan dan minyak dan gas. "Terutama sebagai forward linkage industry bagi sektor pertambangan umum dan migas," ujar Purnomo.
Sebagai bahan baku bahan peledak jenis low explosive, amonium nitrat sangat vital bagi perusahaan mineral, pertambangan, dan migas. Tak heran, kebutuhan amonium nitrat sejalan dengan pertumbuhan industri pertambangan di tanah air yang terus meningkat.
Selama ini, kata Purnomo, sektor pertambangan dan migas telah memberi sumbangan cukup besar bagi ekonomi Indonesia. Sekitar 30% sampai 32% dari pendapatan negara berasal dari sektor yang mengandalkan kekayaan alam tersebut.
Karena itu, Purnomo bilang, industri bahan peledak memiliki arti penting bagi pembangunan nasional. Karena itulah, pemerintah perlu memberikan perhatian besar terhadap pembinaan, pengaturan, dan pengawasan industri bahan peledak tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News