Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Hingga kuartal satu ini, areal perkebunan kelapa sawit yang sudah memiliki sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) telah mencapai 1.148.134 hektare (Ha). Dari lahan yang sudah bersertifikasi ramah lingkungan ini, telah menghasilkan produksi crude palm oil (CPO) sebesar 5.704.342 ton dan palm kernel sebesar 1.34.981 ton.
Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia mengatakan, perluasan lahan yang sudah bersertifikasi RSPO lantaran banyak perusahaan yang sudah menyadari pentingnya perkebunan kelapa sawit ramah lingkungan. "Trennya menunjukkan peningkatan," kata Desi di Jakarta, Rabu (21/3).
Sekedar gambaran, hingga akhir tahun lalu, areal produksi yang memiliki sertifikat RSPO baru mencapai 1.130.969 ha, sementara untuk produksi minyak sawit mentah atau Crude palm olil (CPO) mencapai 5.573.202 ton dan palm kernel sebesar 1.296.488 ton.
Total produksi sawit yang bersertifikasi RSPO ini menyumbang 11% dari total produksi CPO dunia. Namun, total produksi kelapa sawit bersertifikasi RSPO dari Indonesia masih berada dibawah Malaysia.
Berdasarkan data dari RSPO, Malaysia menduduki posisi pertama dengan 47%, posisi kedua Indonesia 42%, Papua Nugini 7%, Brazil 2%, Solomon Islands 1%, Kolombia 0,4% dan Ivory Cost 0,1%.
Anggota yang sudah tergabung dalam program sertifikasi RSPO sejak tahun 2008 tercatat sebanyak 600 perusahaan. Dari jumlah itu, 100 perusahaan berada di Indonesia.
Selain perusahaan swasta, perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) juga ada yang tergabung menjadi anggota RSPO. "Yang sudah memiliki sertifikasi RSPO itu antara lain PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III dan PTPN IV," terang Desi.
Selain ramah lingkungan, keuntungan yang didapatkan perusahaan yang memiliki sertifikasi RSPO ini adalah harga yang premium. Harga jual CPO dari perusahaan yang sudah bersertifikasi lebih tinggi US$ 6 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News