Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Enam bulan pertama tahun ini nampaknya bakal menjadi periode yang berat bagi PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Emiten garmen berkode saham RICY ini memperkirakan pertumbuhan penjualan di paruh pertama tahun ini akan sulit untuk dikejar.
Asumsi ini berdasar pada tren penjualan yang melesu di tengah pandemi corona (covid-19). Tren yang demikian sudah mulai dirasakan RICY sejak Maret 2020 lalu. Direktur Ricky Putra Globalindo, Tirta Heru Citra mengatakan penjualan di bulan Maret merosot sekitar 30% dibanding kondisi normal.
Baca Juga: Produsen GT Man raup pendapatan Rp 2,15 triliun di 2019, ini pendukungnya
“Jadi Januari-Februari penjualan masih normal, tapi Maret kita kena, penjualan mulai turun,” kata Tirta kepada Kontan.co.id pada Rabu (13/5).
Tidak berhenti sampai di situ, penurunan penjualan kembali terjadi di bulan berikutnya seiring adanya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah. Menurut catatan Tirta, angka penjualan di bulan April 2020 anjlok hingga hampir 50% bila dibanding kondisi normal.
Maklum saja, beberapa pasar tradisional dan modern memang tidak beroperasi di bulan April 2020 lalu. Padahal, baik pasar modern maupun tradisional menyumbang kontribusi yang kurang lebih sama besar dalam total penjualan lokal RICY.
RICY sendiri sebenarnya telah berupaya meminimalisir dampak gangguan bisnis yang ada dengan memproduksi masker pada bulan April 2020 lalu untuk memenuhi pesanan dari PT Indomarco Prismatama. Produksi ini tidak dilakukan secara kontinyu dan hanya bersifat sementara guna meringankan beban keuangan yang ada.
Baca Juga: Ricky Putra Globalindo (RICY) berencana bayar THR lebaran secara bertahap
Perkiraan Tirta, penurunan penjualan masih akan terjadi di bulan Mei 2020. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, momentum lebaran tahun ini diperkirakan tidak mampu mengungkit penjualan yang ada.
Asal tahu saja, pada kondisi normal, penjualan RICY biasanya melonjak di bulan ramadan. Catatan Tirta, penjualan produk pakaian dalam biasanya naik sekitar 10%-20% dibanding bulan biasa pada bulan Ramadhan. Sementara produk undershirt kenaikan penjualannya bisa mencapai 50% bila dibandingkan bulan lainnya.
Terlepas dari kondisi yang ada, produsen garmen yang dikena melalui produk dalaman ber-merk GT Man ini belum berencana untuk merevisi target penjualan tahun ini. Sedikit informasi, sebelumnya RICY mematok target pertumbuhan penjualan sebesar 10% dibanding tahun lalu.
Baca Juga: Ramai-ramai menangkal corona, GT Man dan Rider menjual masker non-medis
Mengintip laporan keuangan tahun 2019, RICY membukukan penjualan neto sebesar Rp 2,15 triliun sepanjang tahun lalu. Dus, hitungan Kontan.co.id, dengan asumsi pertumbuhan 10%, RICY menargetkan bisa mencatatkan penjualan neto hingga sebesar Rp 2,36 triliun hingga tutup tahun nanti. “Ya kami sih masih usaha, kan masih ada semester II, kami masih coba lihat ada kemungkinan-kemungkinan apa saja,” kata Tirta (13/5).
Untuk mengejar target yang ada, RICY berencana menggenjot penjualan setelah kondisi membaik dengan memberlakukan promo-promo yang langsung menyasar pembeli ritel. Sejauh ini, RICY belum memiliki rencana menganggarkan belanja modal untuk melakukan ekspansi lantaran masih berfokus untuk menjaga arus kas perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News