kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada pandemi Covid-19, begini perkembangan proyek kilang Pertamina


Kamis, 28 Mei 2020 / 18:45 WIB
Ada pandemi Covid-19, begini perkembangan proyek kilang Pertamina
ILUSTRASI. Sejumlah kilang sedang menjalani proses perbaikan dan 'uprading' di Kilang Cilacap


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi Covid-19, PT Pertamina memastikan bakal tetap melanjutkan sejumlah proyek kilang miliknya.

Asal tahu saja, Pertamina merencanakan empat proyek perluasan Refinery Development Master Plan (RDMP) antara lain, RDMP Refinery Unit (RU) II Dumai, RDMP RU IV Cilacap, RDMP RU V Balikpapan, RDMP RU VI Balongan.

Selain itu, ada pula dua proyek pembangunan Kilang Minyak dan Petrokimia Grass Root Refinery (GRR) Tuban dan GRR Bontang.

Yang terbaru, Pertamina membeberkan perkembangan dua proyek yakni Kilang Cilacap dan Kilang Balikpapan.

Baca Juga: Ini skenario new normal yang akan diterapkan Perusahaan Gas Negara (PGN)

Kilang Cilacap

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina bakal melanjutkan proyek Kilang Cilacap tersebut secara mandiri sembari mencari partner.

"Pertamina tetap akan melanjutkan RDMP Cilacap secara mandiri, sambil secara paralel akan dilakukan pencarian strategic partner yang lain," kata Fajriyah dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (28/5).

Asal tahu saja, semula pengerjaan proyek ini bakal bekerjasama dengan Saudi Aramco. Namun, kerjasama ini urung dilakukan setelah tak tercapainya kata sepakat kedua belah pihak.

Fajriyah melanjutkan, pihaknya berkomitmen untuk memenuhi komitmen investasi dan jalannya proyek agar dapat rampung tepat waktu.

Kehadiran proyek ini diprediksi bakal meningkat menjadi 2 juta barel per hari dan membantu mewujudkan impian menyetop impor BBM.

Kilang Balikpapan

Sementara itu, realisasi pengerjaan proyek Kilang Balikpapan saat ini telah mencapai 16,32% atau meningkat dari capaian kuartal I lalu yang sebesar 15,02%.

Adapun, perkembangan RDMP Balikpapan per 17 Mei 2020 meliputi empat pekerjaan yakni engineering (6,05%), procurement (5,85%), construction (4,38%) dan commisioning (0,03%) sehingga secara keseluruhan mencapai 16,32%.

“Megaproyek RDMP dan GRR merupakan proyek strategis nasional yang telah ditetapkan untuk terus dijalankan di tengah pandemi covid-19 serta fluktuasi harga minyak mentah dan kurs rupiah terhadap dollar. Proyek ini penting untuk memastikan ketahanan dan kemandirian energi nasional dapat segera terwujud,” ujar Fajriyah.

Sekedar informasi, kehadiran Kilang Balikpapan bakal meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari serta meningkatkan kualitas produk BBM dari setara Euro II menjadi setara Euro V. 

Proyek RDMP Balikpapan juga disinergikan dengan pembangunan New Crude Lawe-Lawe Tankage Facility dengan kapasitas penyimpanan sebesar 2 juta barel.

Baca Juga: Dirut Pertamina Nicke Widyawati tegaskan Juni ini tidak ada agenda RUPS

Kilang Tuban

Sementara itu, perkembangan pembebasan lahan proyek pembangunan kompleks kilang minyak dan petrokimia di Tuban, Jawa Timur sudah mencapai 92% dari total 841 hektare (ha). 

Hal tersebut diungkapkan Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM). Catatan BKPM, nilai proyek yang mangkrak ini capai Rp 211,9 triliun. Jika proyek ini segera dikerjakan, maka mampu menyerap hingga 20.000 tenaga kerja pada saat konstruksi dan 2.500 pekerja dalam tahap operasional.   

Proyek investasi di Tuban termasuk dalam daftar Rp 708 triliun investasi mangkrak yang dicatatkan oleh BKPM. Sejak kerja sama antara Pertamina dan Rosneft terbentuk di tahun 2017, proyek pembangunan ini sempat tertunda karena kendala pembebasan lahan.

Dalam menyelesaikan proyek kilang minyak ini, BKPM membentuk tim khusus dalam internal BKPM untuk mempercepat penyelesaian masalah di Tuban. Di awal bulan Februari 2020, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia telah mengunjungi lokasi proyek untuk menyelesaikan negosiasi dengan masyarakat sekitar. 

“Di samping nilai investasinya yang besar mencapai Rp 211,9 triliun, keberhasilan proyek ini akan memberikan manfaat sangat besar bagi anak bangsa. Oleh karena itu, wajib dikawal, Targetnya 2026 sudah bisa beroperasi,” ujar Direktur Promosi Sektoral BKPM Imam Soejoedi, Kamis (28/5).

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia (MP2) Pertamina Ignatius Tallulembang menambahkan, GRR Tuban adalah salah satu proyek yang menjadi prioritas untuk segera diselesaikan. 

Pertamina dan Rosneft bahkan telah menandatangani kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada Oktober 2019 yang lalu. Saat ini Basic Engineering Design (BED) dan Front End Engineering Design (FEED) tengah berjalan.

“Dengan dukungan semua pihak, pembangunan kilang diharapkan berjalan lancar dan selesai sesuai waktu yang ditargetkan, sehingga kita bisa berdaulat secara energi,” ujar Ignatius.

Kilang Bontang

Pada medio Maret lalu, Pertamina tengah mengkaji rencana pemindahan lokasi proyek New Gras Root Refinery (NGRR) Bontang ke dua lokasi baru dengan pertimbangan pasar dan potensi penggantian mitra.

Adapun, dua lokasi baru yang diproyeksikan yakni daerah Arun, Aceh dan Kuala Tanjung, Sumatra Utara. 

Pertamina sendiri memastikan proyek kilang tersebut tidak akan dilakukan bersama dengan Overseas Oil and Gas LLC (OOG) perusahaan migas asal Oman.

Baca Juga: Pembebasan lahan proyek kilang minyak Pertamina-Rosneft segera kelar

Kilang Dumai

Investor asal Korea Selatan akhirnya benar-benar menjadi mitra PT Pertamina dalam proyek proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau pengembangan Kilang Dumai.

Investor Korea Selatan bersama Pertamina, PT Nindya Karya (Persero) menandatangani pengembangan proyek proyek kilang Dumai senilai US$ 1,5 miliar atau setara Rp 22 triliun, dengan kurs Rp 14.660 per dolar AS pada Jumat (22/5).

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut, kilang Dumai akan meningkatkan kapasitas produksi minyak dan bahan bakar minyak dalam negeri. “Harapan kami,  ini kelak akan mengurangi ketergantungan impor minyak Indonesia dan  mengatasi defisit transaksi berjalan ke depan," kata dia beberapa waktu yang lalu. 

Menurut Bahlil, proyek RDMP Unit Pengolahan II Dumai merupakan salah satu kilang prioritas Pertamina. Ini  juga  sejalan dengan upaya mendukung percepatan pelaksanaan megaproyek yang juga menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Pasca kerjasama,  proyek ini akan berlanjut ke percepatan pembangunan. “BKPM  juga akan berupaya melibatkan juga pengusaha nasional yang ada di daerah agar ada  kolaborasi. Kami juga akan bantu terkait insentif fiskal dan perizinannya," terang Bahlil.

Kilang Balongan

Dalam catatan Kontan, Pertamina menargetkan hingga akhir tahun ini Proyek Kilang Balongan dapat mencapai 10%.

“Dalam rangka percepatan, Pertamina paralel telah melakukan sejumlah pekerjaan seperti pembangunan dermaga (jetty), site development, pembangunan workshop & warehouse, pembangunan kantor gedung laboratorium & HSSE serta sarana pendukung lainnya,” ungkap Fajriyah.

Sekedar informasi, Proyek RDMP Balongan, terbagi menjadi 3 fase. Pembangunan RDMP Balongan Fase 1, saat ini masih pada tahap Dual FEED Competition (DFC) dengan dua konsorsium yakni Konsorsium RRE (PT Rekayasa Industri, PT Rekayasa Engineering dan PT Enviromate Technology International) dan konsorsium JSW di antaranya JGC Indonesia, PT Synergy Engineering, dan PT Wijaya Karya. proses ini ditargetkan selesai pada Mei 2020.

Baca Juga: Pemerintah proyeksikan investasi hilir migas capai US$ 3,22 miliar di tahun ini

Untuk Fase 2, saat ini sedang dilakukan studi kelayakan serta memulai Revamp Studi Unit ARDHM. Sementara untuk RDMP Balongan Fase 3 (New Refinery and Petchem Complex Jabar), studi kelayakan akan dilakukan bersama partner dan sedang dalam penetapan lokasi serta pengadaan lahan.

Progres RDMP Balongan Fase 3, saat ini sedang proses pengadaan lahan serta partnership dimana Pertamina dan ADNOC telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk pengembangan Kompleks Kilang Terintegrasi Petrokimia di Balongan, Jawa Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×