kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada potensi kenaikan produksi baja billet lokal di 2020


Minggu, 16 Februari 2020 / 19:01 WIB
Ada potensi kenaikan produksi baja billet lokal di 2020


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah untuk melonggarkan impor scrap (besi tua/bekas) baja diyakini dapat mengerek produksi baja nasional. Kemudahan impor bahan baku baja billet itu dinilai dapat membantu suplai baja lokal.

Yerry Idrus, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) mengatakan dampak pelonggaran pasokan besi tua ke Indonesia. Sebelumnya pengadaan scrap sempat dipersulit lantaran dianggap barang limbah B3.

Baca Juga: Pemerintah Berniat Tambah Industri yang Bisa Membeli Gas dengan Harga Lebih Murah

Kalau pun ingin mengimpor harus dipastikan kandungannya murni besi baja. Hal tersebut sulit diaplikasikan karena scrap ialah waste dari berbagai bahan atau logam yang menempel, sehingga tak bisa diidentifikasikan sebagai besi murni.

Kesulitan mendapatkan scrap, maka produksi baja billet (baja batangan setengah jadi) di tingkat lokal sulit terjadi, akibatnya banyak billet diimpor. "Kalau (impor scrap) dipermudah, tentu dapat menghemat devisa dari impor billet itu," sebut Yerry kepada Kontan.co.id, Jumat (16/2).

Lebih lanjut ia bilang, baja billet yang diproduksi lokal lebih hemat US$ 100 per tonnya ketimbang billet impor. Soal kondisi utilitas pabrikan yang memproduksi baja billet saat ini, Yerry belum dapat merincikannya.

Yang terang utilitas pabrik baja nasional saat ini masih berkisar di level 50% dengan kapasitas produksi kisaran 9 juta ton per tahun.

"Kami yakin utilitas baja nasional bisa naik dengan kemudahan pasokan bahan baku billet, paling tidak utilisasinya jadi 60%-70%," katanya.

Sementara itu produsen PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) tengah mempertimbangkan untuk memproduksi baja billet kembali. Selama ini, kata Silmy Karim, Direktur Utama KRAS, perusahaannya sudah tidak memproduksi produk baja tersebut.

Baca Juga: Kementerian Perindustrian buka opsi penyesuaian harga gas bagi sektor industri lain

"Kami sudah tidak produksi billet karena sudah tidak kompetitif," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (14/2).

Menurutnya selain pelonggaran impor scrap, masalah harga energi yang kompetitif baik gas dan listrik juga menjadi pertimbangan utama untuk memulai produksi baja setengah jadi tersebut.

Menurut catatan Kontan.co.id, perusahaan plat merah tersebut memiliki Billet Steel Plant dengan kapasitas produksi 675.000 ton per tahunnya.

Selain KRAS, PT Gunung Raja Paksi Tbk juga diketahui memiliki kemampuan memproduksi baja billet, di mana total kapasitas produksi gabungan semua produk perseroan mencapai 2,8 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×