Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO , anggota indeks Kompas100), melalui anak usahanya, PT Adaro Power, batal bermitra dengan Indonesia Power untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kaltim-5.
Awalnya, bersama anak usaha PT PLN (Persero) itu, Adaro berencana membangun PLTU mulut tambang dengan kapasitas 2 x 100 Megawatt (MW).Namun, Adaro sudah mundur dari proyek PLTU mulut tambang Kaltim-5 itu sejak pertengahan tahun 2018 lalu.
Direktur Utama Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, ada dua alasan mengapa pihaknya tidak berminat untuk melanjutkan proyek tersebut. Pertama adalah karena proyek PLTU Kaltim-5 dinilai tidak feasible (layak) untuk dikerjakan.
Kedua adalah karena Adaro sedang fokus menuntaskan dua PLTU. Yakni PLTU Tanjung Power di Tabalong, Kalimantan Selatan dan PLTU Batang di Jawa Tengah.
"Kita mau fokus saja (menyelesaikan PLTU) yang di Kalsel sama di Jateng. Yang PLTU Batang kan Insha Allah tahun 2020 jadi, kalau yang Kalsel Insha Allah tahun ini" ujar Boy saat ditanya Kontan.co.id, Kamis (25/4).
Awalnya, PLTU Mulut Tambang Kaltim-5 ini akan dibangun melalui Joint Venture dengan porsi Adaro Power 49% dan Indonesia Power sebesar 51%. Rencananya, proyek tersebut membutuhkan investasi sebesar US$ 400 juta.
Adapun, untuk proyek PLTU Tanjung Power, saat ini progres Engineering, Procurement and Construction (EPC) tersebut sudah mencapai 99%, dan telah memasuki proses commissioning.
Boy menuturkan, operasi komersial atau Commercial Operation Date (COD) PLTU berkapasitas 2 x 100 MW itu ditargetkan bisa dilakukan pada Agustus tahun ini.
Sedangkan, PLTU Batang sudah merampungkan proses EPC sekitar 70%. Untuk PLTU jumbo berkapasitas 2 x 1.000 MW ini, Boy yakin pembangkit dengan nilai investasi sebesar US$ 4,2 miliar ini bisa COD pada medio tahun 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News