Reporter: Azis Husaini | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memproyeksikan produksi batubara hingga mencapai 54 juta-56 juta ton tahun 2014. Target produksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi batubara tahun 2013 yang hanya 52,27 juta ton, bahkan lebih tinggi juga dari 2012 yang hanya 47,19 juta ton.
Devindra Ratzarwin, Sekretaris Perusahaan ADRO menyatakan, demi mewujudkan target produksi batubara tahun ini, ADRO menyiapkan lanja modal sebesar US$ 200 juta-US$ 250 juta. "Seluruhnya untuk operasi dan perawatan saja, bukan untuk akuisisi," ungkap dia kepada KONTAN, Rabu (5/3).
Dengan didukung belanja modal sebesar itu, kata Devindra, pihaknya optimistis target produksi tersebut bisa tercapai meskipun memang saat ini target produksi itu masih dibahas oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Sejauh ini masih dibahas, Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun 2014 belum disahkan," imbuh dia.
Perlu diketahui, ADRO adalah perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi I yang produksinya mesti diketahui oleh pemerintah pusat. Saat ini, pemegang PKP2B Generasi I adalah anak usaha ADRO, yakni PT Adaro Indonesia.
Selain itu, ADRO memiliki anak usaha pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), yakni PT Bhakti Energi Persada, PT Adaro Balangan, PT Mustika Indah Permai, dan PT Bukit Enim Energi. Sementara itu, satu lagi Adaro memiliki 25% saham di PT Indomet Coal. Sisa 75% saham lainnya milik BHP Billiton dengan status tambang PKP2B.
Target produksi batubara ADRO masih akan bertumpu pada tambang milik PT Adaro Indonesia yang terdiri dari tambang Tutupan, Paringin, dan Wara. Sementara untuk tambahan penjualan batubara ADRO datang dari anak usahanya di Singapura, yakni Coaltrade Services International Pte Ltd.
Itu sebabnya, Devindra menambahkan, penjualan ADRO selalu lebih tinggi ketimbang volume produksi. "Sebab, kami memasukkan penjualan dari anak usaha di Singapura sebagai total penjualan ADRO," imbuh dia.
Sejauh ini, hasil produksi ADRO dijual ke beberapa negara dan mayoritas dikirimkan ke China dan India. "Ada 50 pembeli di 12 negara. Kami langsung menjual ke end user, bukan ke para trader batubara," ungkap dia.
Sebagian besar pembelinya adalah perusahaan pembangkit listrik. Kini, harga rata-rata penjualan batubara ADRO sekitar US$ 60 per ton. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News