kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ahok sadar mafia migas dan tingginya impor minyak jadi tantangan Pertamina


Senin, 25 November 2019 / 19:23 WIB
Ahok sadar mafia migas dan tingginya impor minyak jadi tantangan Pertamina
Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok menjawab pertanyaan wartawan saat tiba di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/11/2019).


Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

Pengamat Energi dari Reformer Institute Komaidi Notonegoro menjelaskan pekerjaan utama yang perlu menjadi fokus yaitu pembenahan sektor finansial Pertamina.

"Tugas Pertamina dari hulu hingga hilir semuanya perlu dana yang besar," Jelas Komaidi kepada Kontan.co.id, Senin (25/11). Ia mencontohkan dengan masuknya Blok Mahakam serta Blok Rokan pada pengelolaan Pertamina maka dibutuhkan pula investasi tambahan yang besar.

Baca Juga: Menyusul Ahok, Susi dan Jonan akan jadi petinggi di BUMN?

Asal tahu saja, sebelumnya Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyampaikan, produksi minyak di Blok Rokan selama ini disumbangkan dari lapangan-lapangan yang sudah berusia di atas 50 tahun. Fasilitas produksi di sana pun sudah tampak berumur.

“Jumlah aset di Blok Rokan cukup besar yakni hampir 140.000 aset atau lebih banyak 3 kali lipat aset di Blok Mahakam,” ujarnya kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Dari situ, diperlukan penanganan yang khusus selama masa transisi. Pihak Pertamina menghitung proses handover atau serah-terima di Blok Rokan diperkirakan mencapai lebih dari satu tahun.

Selain itu, penyediaan sumur untuk kebutuhan produksi juga menjadi tantangan tersendiri bagi Pertamina. Fajriyah menyebut, kebutuhan rig pengeboran (drilling) di Blok Rokan berkisar antara 3-10 rig untuk menyesuaikan program kerja yang realistis bisa tercapai.

Adapun kebutuhan rig work over diperkirakan sekitar 20-40 buah. Jumlah tersebut masih sama dengan yang diperlukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia selaku pengelola Blok Rokan terkini.

Dia menjelaskan, kebutuhan rig drilling maupun rig workover untuk Blok Rokan akan dipenuhi dari internal Pertamina maupun perusahaan lain yang bisa memberikan harga kompetitif. “Kondisi rig juga mesti memenuhi persyaratan sesuai standar,” imbuhnya.

Baca Juga: Tak masuk kabinet Indonesia Maju, Rudiantara jadi Dirut PLN

Sementara itu, pembangunan kilang, menurut Komaidi juga membutuhkan dana yang besar. Awal November lalu, Pemerintah meminta supaya PT Pertamina (Persero) bisa mempercepat pembangunan megaproyek kilang. Setidaknya ada enam proyek kilang yang sedang dikerjakan oleh holding perusahaan migas pelat merah tersebut.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×