kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ahok sadar mafia migas dan tingginya impor minyak jadi tantangan Pertamina


Senin, 25 November 2019 / 19:23 WIB
Ahok sadar mafia migas dan tingginya impor minyak jadi tantangan Pertamina
Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok menjawab pertanyaan wartawan saat tiba di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/11/2019).


Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan Ahok pertama-tama harus menata kembali perihal tupoksi dewan komsiaris dan dewan direksi.

"Ahok harus memprioritaskan untuk 'melecut' direksi dalam menjalankan aksi korporasi," terang Fahmy ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/11).

Baca Juga: Rudiantara dirut PLN, Kementerian BUMN: Tunggu kepulangan Menteri

Aksi korporasi tersebut berkaitan dengan peningkatan produksi migas dan penuntasan pembangunan kilang. Bahkan ketimbang menanti kemitraan, Fahmy menilai Pertamina perlu menerbitkan global bond demi membiayai proyek kilang yang ada.

Mengutip catatan Kontan.co.id, Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman berharap Ahok mesti segera berantas mafia hingga ke akar alias dari hulu hingga hilir.

"Jadi tugas pertama Ahok di Pertamina adalah melakukan operasi pemberantasan mafia migas dari hulu-hilir," kata Ferdy dalam siaran pers, Minggu (24/11).

Menurut Ferdy, Pertamina memang butuh pengawasan. Sebab, laba Pertamina masih lebih kecil ketimbang Petronas sebesar 11 miliar dollar AS di 2018. Hal itu membuat Pertamina termasuk perusahaan minyak kecil di dunia meski asetnya mencapai Rp 905,8 triliun di 2018.

Padahal kata Ferdy, dahulu tahun 1990 Petronas belajar dari pertamina bagaimana caranya mengolah lapangan-lapangan migas, menggunakan teknologi, dan berinovasi.

"Namun, seiring berjalan waktu, Petronas menyalip jauh Pertamina. Pertanyaannya adalah mengapa Pertamina sulit bersaing?" imbuhnya.

Ferdy menuturkan, hal tersebut terjadi karena masih adanya mafia migas yang memiliki jaringan kuat dan panjang. Dia bilang, mafia berharap RI tetap mengimpor BBM dan elpiji agar mereka mendapat untung sehingga tidak menginginkan produksi minyak Pertamina meningkat di sektor hulu.

Baca Juga: Menteri ESDM: Sujatmiko jabat Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara

"Mafia ini masih menempel sambil mencari celah bagaimana mereka mencoba bermain kembali dan bagaimana Presiden Jokowi bisa melunak," ungkap Ferdy.

Untuk itulah kata Ferdy, Ahok bisa menjadi tangan kanan Presiden RI dalam memberantas mafia seiring dengan jabatan Komut yang diembannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×