Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - PADANG. Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau yang lebih dikenal AirNav Indonesia berkomitmen bakal meningkatkan kualitas layanan navigasi penerbangan dalam rangka merangkai konektivitas Nusantara melalui transportasi udara. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto, pada talk show bertajuk Meningkatkan Layanan, Merangkai Konektivitas.
“Pada tahun ini kami mengalokasikan anggaran investasi senilai Rp 2,6 triliun untuk 290 program peningkatan layanan navigasi penerbangan di seluruh Cabang AirNav Indonesia baik di bandara-bandara besar maupun perintis. Investasi ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu senilai Rp 1,9 triliun,” ungkap Novie saat acara berlangsung, Rabu (20/2).
Dijelaskannya, investasi tersebut ditujukan untuk modernisasi peralatan communication, navigation, surveillance dan automation (CNS-A) dan peningkatan kualitas personel layanan navigasi penerbangan. Anggaran yang dialokasikan untuk peralatan komunikasi adalah Rp 260,4 miliar (10%), navigasi Rp 113,5 miliar (4%), surveillance Rp 222 miliar (9%), otomasi Rp 1,1 triliun (44%), mechanical & electrical Rp 71,4 miliar (3%) serta building & supporting Rp 779,7 miliar (30%).
“Dalam mengantisipasi pertumbuhan traffic penerbangan, kualitas layanan navigasi penerbangan akan kami tingkatkan bukan hanya di bandara-bandara besar, tetapi juga bandara yang lebih kecil hingga bandara-bandara perintis. Papua misalnya, tahun ini kami meluncurkan 45 program senilai Rp 245,5 miliar, meningkat dibandingkan tahun 2018 lalu senilai Rp 156 miliar,” ujarnya.
Novie memaparkan beberapa program besar yang dikerjakan oleh AirNav Indonesia pada tahun 2019 antara lain adalah pembangunan menara pengendali lalu lintas penerbangan (ATC Tower) di New International Yogyakarta Airport (NYIA), Banjarmasin, Solo, Ilaga, Wamena, Palu, Silangit, Bengkulu, Letung, Muara Teweh, Dekai dan Sintang, peremajaan dan upgrade automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) di sejumlah bandara, advanced-surface movement guidance and control system (A-SMGCS) level 2 di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, penambahan mobile tower, serta 3D ATC simulator dan surveillance simulator.
Seluruh program investasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan layanan navigasi penerbangan secara merata di seluruh ruang udara Indonesia. Layanan navigasi penerbangan yang diberikan oleh AirNav Indonesia sepanjang tahun 2018 mendapatkan predikat excellent dari maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia.
“Sinergi dengan seluruh stakeholder penerbangan adalah kunci keberhasilan dalam merangkai konektivitas udara. Kami mengapresiasi salah satu mitra strategis kami yaitu Indonesia National Air Carriers Association (INACA) yang telah memberikan predikat excellent untuk layanan navigasi penerbangan. Capaian ini tidak akan membuat kami terlena, justru menjadi pelecut semangat baru untuk terus meningkatan layanan navigasi penerbangan,” tutur Novie.
Service Quality Index (SQI) berdasarkan survei yang dilakukan oleh INACA meningkat menjadi 4,31 di tahun 2018 dari sebelumnya 4,07 di tahun 2017. SQI didapatkan melalui perpaduan antara cockpit crew satisfaction index (CSI) dengan proporsi nilai 80% dan observed quality index (OQI) dengan proporsi nilai 20%.
CSI ditentukan melalui metode survei dan wawancara proportionate stratified random sampling (PSRS) terhadap 1.015 pilot on duty yang mendarat di lokasi survei, yang terdiri dari 844 pilot rute domestik dan 171 pilot rute internasional. Pertanyaan yang diajukan seputar kualitas layanan navigasi penerbangan seperti kualitas komunikasi penerbangan, informasi penerbangan, informasi cuaca, prosedur layanan navigasi penerbangan dan kualitas personel navigasi penerbangan yang memberikan layanan tersebut.
OQI ditentukan melalui observasi langsung yang dilakukan oleh tim INACA dan AirNav Indonesia di 10 lokasi antara lain Jakarta Air Traffic Services Canter (JATSC), Makassar Air traffic Services Center (MATSC), Balikpapan, Batam (Tanjung Pinang), Bandung, Denpasar, Medan, Sentani, Surabaya dan Ternate. Survei ini dilakukan untuk meninjau kompetensi personel navigasi penerbangan, APP room, ACC room (khusus JATSC dan MATSC), briefing office, ruang administrasi dan keuangan, keamanan lingkungan kerja, fasilitas komunikasi, fasilitas navigasi penerbangan, fasilitas otomasi dan fasilitas surveillance. Pada tahun 2018, nilai CSI meningkat menjadi 4,28 dan nilai OQI meningkat menjadi 4,43 dari sebelumnya 4,03 dan 4,25 pada tahun 2017.
Kepala Otortitas Bandar Udara Wilayah VI, Padang, Agoes Soebagio, yang juga hadir sebagai narasumber pada talk show tersebut mengatakan, konektivitas udara menjadi salah satu elemen penting penggerak roda ekonomi di wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan hingga Kepulauan Bangka Belitung. Pihak otoritas bandar udara selalu menghimbau kepada para stakeholder penerbangan untuk dapat mengedepankan safety, security, services dan compliance.
“Pertumbuhan traffic penerbangan seperti di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Bandara Internasional Minangkabau, Padang, Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, Bandara Sultan Thaha, Jambi, Bandara Fatmawati Soekarno, Bengkulu dan Bandar Udara H. A. S. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan terus meningkat setiap tahunnya. Demi memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap transportasi udara, kami terus bersinergi bersama seluruh operator industri penerbangan termasuk AirNav Indonesia, untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya,” pungkas Agoes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News