kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi merger perusahaan besar marak terjadi akhir-akhir ini, simak pandangan Indef


Minggu, 05 September 2021 / 18:56 WIB
Aksi merger perusahaan besar marak terjadi akhir-akhir ini, simak pandangan Indef
ILUSTRASI. ilustrasi?merger dan akuisisi, mergers and acquisitions


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi merger perusahaan dengan nilai jumbo masih marak terjadi di Indonesia sekalipun dalam masa pandemi Covid-19.

Baru-baru ini, Kementerian BUMN hendak melakukan merger seluruh BUMN kepelabuhan yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I, II, III, dan IV. Rencana ini diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2021. Ketika merger terwujud, maka total aset dari seluruh BUMN kepelabuhan tersebut mencapai Rp 112 triliun.

Sebelumnya, ada PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI telah merampungkan proses mergernya pada Februari lalu. BSI terbentuk dari tiga bank syariah milik Himbara yakni Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah.

Perusahaan BUMN lain, yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Pertamina Gas (Pertagas) juga terlibat dalam aksi merger pada 2018 lalu. Usai merger, PGN kini menjadi bagian dari subholding gas PT Pertamina (Persero).

Baca Juga: Aset bank syariah makin gemuk di tengah pandemi

Dari perusahaan swasta, publik pernah diramaikan oleh merger dua perusahaan raksasa di bidang teknologi, yaitu Gojek dan Tokopedia yang terjadi pada pertengahan Mei lalu. GoTo pun digadang-gadang akan melakukan IPO usai merger tersebut terealisasi.

Selain itu, dua perusahaan telekomunikasi, PT Indosat Tbk dan Hutchison 3 Indonesia juga santer dikabarkan akan merger. Rencana merger kedua perusahaan ini sempat mengalami pemunduran jadwal. Dalam catatan Kontan, Ooredoo Group, induk usaha Indosat dan CK Hutchison Holdings Ltd, induk Tri, setuju untuk kembali memperpanjang periode eksklusivitas MoU terkait merger hingga 23 September 2021 nanti.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, aksi merger memiliki beberapa tujuan, antara lain efisiensi operasional bisnis dan memperlebar pangsa pasar.

Dalam kasus merger Pelindo I, II, III, dan IV, merger pembentukan BSI, ataupun merger PGN – Pertagas tampak terlihat bahwa efisiensi coba dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Ini mengingat perusahaan yang terlibat bergerak di bidang yang sama dan seluruhnya merupakan bagian dari BUMN.

“Struktur manajemen juga lebih ramping, karena jumlah direksi dan komisaris bisa dipangkas ketika merger terjadi. Ini bisa menghemat pengeluaran gaji sehingga secara keseluruhan jumlah beban menurun,” ungkap Huda, Minggu (5/9).

Perluasan pangsa pasar juga menjadi tujuan dari merger. BSI misalnya, ketika berhasil menggabungkan bank-bank syariah Himbara, maka kesempatan untuk memenangkan persaingan dengan bank syariah swasta menjadi lebih besar.

Sama halnya dengan merger Gojek-Tokopedia menjadi GoTo. Jumlah pelanggan GoTo tentu akan bertambah seiring dengan meluasnya pangsa pasar mereka. Perluasan pangsa pasar ini juga sejalan dengan meningkatnya jumlah aset perusahaan yang berhasil merger.

Aksi merger juga memiliki dampak bagi perekonomian nasional. Tentu hal ini dengan catatan bahwa aksi merger tersebut berjalan lancar dan tanpa kendala pada masing-masing perusahaan yang terlibat.

Sebagai contoh, merger GoTo membuat perusahaan tersebut lebih leluasa berinvestasi dan melakukan kerja sama bisnis yang bermanfaat bagi para pelanggannya. Dalam hal ini, bisa saja GoTo menghadirkan lebih banyak diskon kepada pelanggan untuk berbelanja atau menggunakan jasa yang ada di aplikasi Gojek dan Tokopedia.

Hal ini tentu akan berdampak pada berputarnya roda perekonomian nasional mengingat GoTo memiliki pangsa pasar yang besar di Indonesia. “Ketika efisiensi dan peningkatan pangsa pasar maupun aset terwujud, perusahaan yang merger punya peluang meraih keuntungan bisnis yang lebih besar di masa depan,” terang Huda.

Dia menilai, pandemi Covid-19 justru menjadi akselerator aksi merger, bukan sebagai penghalang. Maka dari itu, ia memperkirakan bahwa aksi merger perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan nilai jumbo masih berpeluang terjadi lagi dalam beberapa waktu mendatang.

Perusahaan-perusahaan terkait teknologi digital diyakini akan lebih terlibat banyak dalam aksi merger dalam waktu dekat. Peluang itu tercipta seiring booming perusahaan teknologi secara global. Perusahaan teknologi juga berupaya melakukan konsolidasi guna memenangkan persaingan bisnis yang kian ketat di sektor tersebut.

“Tanda-tandanya sudah terlihat, misal ada OVO dan DANA yang kabarnya akan merger. Bank-bank digital atau fintech juga punya potensi merger yang cukup besar ke depannya,” pungkas Huda.

Selanjutnya: Stellantis bakal akuisisi perusahaan pembiayaan First Investors senilai US$ 285 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×