Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) mencatatkan pertumbuhan kinerja bottom line di sembilan bulan pertama.
Mengutip laporan keuangan interim perusahaan, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih tumbuh 11,50% secara tahunan atawa year-on-year (yoy) dari semula Rp 16,75 miliar di sepanjang Januari-September 2020 menjadi Rp 18,67 miliar di sepanjang Januari-September tahun ini.
Pertumbuhan kinerja bottom line itu, didapat ketika FIRE mencatatkan penurunan mini pada sisi penjualan. Tercatat, penjualan neto konsolidasi FIRE menyusut 9,20% yoy menjadi Rp 702,19 miliar di sepanjang Januari-September tahun ini. Sebelumnya, penjualan neto FIRE mencapai Rp 773,35 miliar pada periode sama tahun lalu.
Direktur Utama FIRE Aris Munandar mengatakan, FIRE memang lebih berfokus memacu kinerja bottom line dibanding penjualan di sembilan bulan pertama tahun ini.
Hal ini mempertimbangkan fluktuasi harga batubara dan perilaku pembeli FIRE yang cenderung menahan pembelian batubara ketika harga batubara turun. Catatan saja, pelanggan FIRE terdiri atas pelaku usaha perdagangan batubara (trader).
“Harga yang fluktuatif ini ibarat nya pedang bermata dua, kalau harga tiba-tiba jatuh seperti sekarang belum tentu buyer akan ambil, jadi memang kita lebih berhati-hati daripada ngejar sales,” kata Aris kepada Kontan.co.id, Senin (1/11).
Baca Juga: Alfa Energi (FIRE) berencana tekan porsi penjualan batubara dari pihak ketiga
Mengintip laporan keuangan interim perusahaan, FIRE berhasil menekan pengeluaran pada sejumlah pos beban. Beban pokok penjualan misalnya, tercatat turun 17,79% yoy menjadi Rp 503,90 miliar pada sepanjang Januari-September tahun ini. Sedianya, beban pokok penjualan FIRE mencapai Rp 612,98 miliar pada periode sama tahun lalu.
Berikutnya, penurunan pengeluaran juga dijumpai pada beban usaha lainnya-neto dan beban keuangan. Tercatat, beban usaha lainnya-neto turun 16,15% yoy dari semula Rp 23,98 miliar pada Januari-September 2020 menjadi Rp 20,10 miliar di Januari-September 2021. Sementara itu, beban keuangan turun 30,59% yoy dari Rp 6,32 miliar di Januari-September 2020 menjadi Rp 4,39 miliar pada Januari-September 2021.
Aris menduga, kondisi bisnis di sepanjang kuartal IV tahun ini akan lebih menantang dari sebelumnya. Tantangannya berasal dari kenaikan biaya-biaya seperti alat berat, solar, barges, dan floating crane.
Di sisi lain, harga batubara di lapangan juga masih berpotensi mengalami fluktuasi. “Pada saat sekarang harga batubara tiba-tiba turun US$100 dalam 2 minggu dan mungkin masih akan turun terus, ada probability buyer-buyer tidak perform karena Index ICI itu kan lagging,” ujar Aris.
Dalam menghadapi tantangan ini, FIRE, kata Aris berstrategi untuk memperbesar porsi produksi sendiri. Untuk diketahui, FIRE mendapat kuota produksi sekitar 900 ribuan ton batubara dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun ini. Berdasarkan catatan Aris, FIRE masih memiliki ‘sisa kuota’ yang cukup untuk memperbesar porsi penjualan batubara hasil produksi sendiri vis-a-vis batubara dari pihak ketiga dalam komposisi penjualan FIRE. Strategi berikutnya ialah menjaga agar biaya/pengeluaran.
Sampai tutup tahun nanti, FIRE masih mengejar target penjualan Rp 1 triliun. Sedikit informasi, target tersebut sama dengan target tahun 2020 lalu. Adapun realisasi penjualan FIRE pada tahun lalu mencapai Rp 1,07 triliun. Dari hasil penjualan itu, FIRE mengantongi laba bersih sebesar Rp 13,83 miliar.
Selain memacu kinerja di sisa tahun berjalan, FIRE juga sudah mulai mempersiapkan rencana bisnis untuk tahun depan. Hanya saja, Aris belum mengungkapkan berapa rencana produksi yang ingin FIRE ajukan untuk tahun depan. “Mudah-mudahan akhir November sdh bisa masuk RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Belanja) 2022,” tutur Aris.
Selanjutnya: Bidik Margin Tinggi, Alfa Energi Investama (FIRE) Memacu Batubara Produksi Sendiri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News