kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Andalkan Carbon Storage, Indonesia Berpotensi Simpan Emisi Nasional hingga 482 Tahun


Selasa, 26 Desember 2023 / 11:18 WIB
Andalkan Carbon Storage, Indonesia Berpotensi Simpan Emisi Nasional hingga 482 Tahun
ILUSTRASI. Indonesia menyimpan kapasitas penyimpanan CO2 potensial yang mencapai 400 Gigaton hingga 600 Gigaton. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww/Spt.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deputi Bidang Kedaulatan Maritim dan Energi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menyatakan, Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan CO2 potensial yang mencapai 400 Gigaton hingga 600 Gigaton di depleted reservoir dan saline aquifer. 

“Potensi ini memungkinkan penyimpanan emisi CO2 nasional selama 322 tahun hingga 482 tahun dengan perkiraan puncak emisi 1.2 gigaton CO2-ekuivalen pada tahun 2030,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (23/12). 

Sebagai pelopor di ASEAN dalam penerapan regulasi CCS, dan berperingkat pertama di Asia menurut Global CCS Institute, Indonesia telah membangun fondasi hukum yang kuat. 

Baca Juga: Apa Itu Regulasi? Ini Bedanya dengan Aturan dan Contoh Regulasi Pemerintah

Regulasi ini termasuk Permen ESDM No 2 Tahun 2023 tentang CCS di industri hulu migas, Perpres No 98 Tahun 2021 tentang nilai ekonomi karbon, dan Peraturan OJK No 14 Tahun 2023 tentang perdagangan karbon melalui IDXCarbon. 

“Kita juga menuju penyelesaian Peraturan Presiden yang akan lebih memperkuat regulasi CCS,” terangnya. 

Dalam upaya mencapai Net Zero Emission pada 2060, Indonesia berambisi mengembangkan teknologi CCS dan membentuk hub CCS. Inisiatif ini tidak hanya akan menampung CO2 domestik tetapi juga menggali kerjasama internasional. 

Ini menandakan era baru bagi Indonesia, dimana CCS diakui sebagai license to invest untuk industri rendah karbon seperti blue ammonia, blue hydrogen, dan advanced petrochemical. 

Pendekatan ini akan menjadi terobosan bagi perekonomian Indonesia, dengan membuka peluang industri baru dan menciptakan pasar global untuk produk-produk rendah karbon.

Jodi mengemukakan, CCS memerlukan investasi besar. MOU antara pemerintah Indonesia dan ExxonMobil baru-baru ini mencakup investasi US$ 15 miliar dalam industri bebas emisi CO2. 

Baca Juga: Istilah Carbon Capture and Storage Mengemuka Setelah Debat Cawapres, Ini Artinya

Sebagai perbandingan, proyek CCS Quest di Kanada membutuhkan US$ 1,35 miliar untuk kapasitas 1,2 juta ton CO2 per tahun. Data ini menyoroti pentingnya alokasi penyimpanan CO2 internasional dalam memfasilitasi investasi awal yang besar untuk proyek CCS.

Dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Timor Leste, dan Australia juga bersaing berupaya menjadi pusat CCS regional, penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan kesempatan ini sebagai pusat strategis dan geopolitik.

Inisiatif ini diharapkan tidak hanya membantu Indonesia dalam mencapai tujuan lingkungan global, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inovatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×