Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) mengakui adanya pengurangan produksi atau perlambatan pada produksi fasilitas pemurnian atau smelter nikel di Indonesia.
Ketua Umum FINI Arif Perdanakusumah mengatakan hal ini dilakukan terutama oleh pelaku smelter nikel dalam rangka merespon kelebihan pasokan nikel dunia.
"Lebih tepatnya pengurangan produksi, penghentian lini produksi dan/atau perlambatan produksi sementara." kata Arief kepada Kontan, Rabu (30/07/2025).
Baca Juga: Investasi Nikel Turun di Tengah Pengurangan Produksi Smelter Nikel China
Kelebihan suplai nikel saat ini ungkap Arief mengakibatkan tekanan harga yang turun signifikan sejak beberapa tahun lalu.
Harga nikel kata dia, menurut London Metal Exchange (LME) dan Shanghai Metals Market (SMM) telah turun 64% dan 35% masing-masing sejak tahun 2023.
"Ini tentunya memukul pelaku usaha industri nikel dan harus melakukan langkah-langkah strategis untuk menghadapi kondisi saat ini," kata dia.
Hal senada juga diungkap oleh Sekretaris Umum FINI, Mellysa Tanoyo. Menurutnya keadaan global membuat beberapa smelter memilih untuk tidak menggunakan fasilitas smelternya untuk sementara waktu.
"Ada beberapa itu (smelter) memang yang mungkin kondisinya tadi ya, karena kan ada yang keekonomiannya mungkin sedikit lagi cekak nih, atau lagi kepinggang gitu ya. Ada juga yang lagi mungkin mengalihkan produksinya menjadi dia under maintenance gitu," kata Mellysa saat ditemui di Jakarta, Rabu (30/07).
Baca Juga: Empat Smelter Nikel Investasi China Hentikan Produksi, Ini Dampaknya
"Jadi memang harus lebih kreatif dalam memaintain cost kita. Kami harapannya sih pasti balik secepatnya (market)," tambah dia.
Meski begitu, Arief bilang, program hilirisasi nikel Indonesia masih akan berlanjut. Menurutnya salah satu dari 18 proyek hilirisasi yang telah dilaporkan oleh satgas hilirisasi adalah proyek hilirisasi nikel senilai Rp 38,4 triliun.
"Ini adalah kondisi yang sementara akibat dari kondisi geopolitik dunia, perang dagang dan tarif, penurunan serapan produk nikel pada industri manufaktur dan penurunan harga produk nikel di pasar dunia," katanya.
Meski begitu dirinya mengakui adanya penutupan operasi di proyek industri nikel maka akan berdampak sangat besar dan kompleks, termasuk kepada para pekerja.
"Untuk itu dampak sekecil apapun perlu diantisipasi dari sejak awal baik oleh pelaku industri, pemangku kepentingan, pemerintah pusat dan daerah," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News