kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

APBI Gandeng Pertamina dan Kemenperin dalam Pemberdayaan Perkebunan Karet Nasional


Selasa, 29 Agustus 2023 / 20:13 WIB
APBI Gandeng Pertamina dan Kemenperin dalam Pemberdayaan Perkebunan Karet Nasional


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) menggandeng PT Pertamina dan Kementerian Perindustrian untuk memberdayakan perkebunan karet nasional.

Azis Pane, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia mengatakan komoditi karet Indonesia pernah mengalami masa keemasan. Perkebunan karet milik pemerintah dan para petani bisa tumbuh dengan subur di berbagai wilayah Indonesia.

Tidak mengherankan, dengan ekspor karet sampai tahun 2020 bisa menduduki peringkat kedua di dunia. Seiring dengan hal tersebut, industri ban pun dapat berkembang dengan pesat, sejalan dengan kebutuhan ban di dalam negeri untuk kendaraan pribadi, umum, dan truk-truk besar.

“Petani karet pun bisa sejahtera pada masa itu, sehingga bisa meningkatkan Pendidikan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi,” kata Azis Pane, Selasa (29/8).

Baca Juga: Begini Tanggapan Pelaku Usaha Terkait Perubahan Formula HBA

Namun demikian, melihat perkembangan belakangan ini, APBI menjadi khawatir karena banyak petani karet yang mulai menebang tanaman karetnya akibat harga yang terus merosot.

Mereka mengganti tanaman karet dengan kelapa sawit dan tanaman pertanian seperti jagung dan singkong. Akibat nanti akan berdampak pada hasil karet di Indonesia.

 “Kementerian Perindustrian dan Pertamina akan segera melakukan langkah konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan petani karet di Indonesia,” tutur Azis Pane.

Bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan, meliputi penelitian mengenai kegunaan karet secara keseluruhan. Yakni, dari batang atau pohon, daun, dan getahnya. Kita harus mampu mengolah karet menjadi barang jadi, bukan lagi diekspor sebagai karet mentah.

Azis berkata, hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah melakukan hilirisasi di bidang hasil-hasil alam. Ia yakin apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, Pertamina dan industri ban akan memiliki manfaat besar dalam pembangunan ekonomi nasional dan Indonesia pun akan semakin mampu bersaing di dunia Internasional.

Sementara itu, berdasarkan rata-rata produksi karet dunia periode 2014-2018, Thailand menjadi negara produsen karet terbesar dengan rerata produksi mencapai 4,58 juta ton.

Baca Juga: APBI Keluhkan Kenaikan Harga Gas Non-HGBT Pukul Industri Ban Dalam Negeri

Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, Thailand memberikan kontribusi sebesar 31,83% dari rata-rata produksi karet dunia pada periode tersebut. Indonesia berada di posisi kedua dengan rata-rata produksi karet selama 2014-2018 sebesar 3,37 juta ton.

Kontribusi rata-rata produksi karet dari Indonesia di dunia mencapai 23,44%. Indonesia memiliki luas TM (Tanaman Menghasilkan) karet Indonesia yang terbesar di dunia, tetapi produksinya masih dibawah Thailand.  Hal ini terjadi lantaran banyaknya tanaman karet di Indonesia yang sudah tua atau rusak.

Negara produsen karet terbesar ketiga adalah Vietnam dengan rata-rata produksi selama 2014-2018 sebesar 1,05 juta atau 7,28%. Posisi berikutnya berturut-turut adalah India dengan rata-rata produksi 958 ribu ton (6,66%), Tiongkok 822,7 ribu ton (5,72%), dan Malaysia 717,3 ribu ton (4,98%).

Enam Negara produsen karet terbesar dunia didominasi oleh negara dalam kawasan Asia Tenggara. Negara-negara tersebut memberikan total kontribusi rata-rata produksi karet mencapai 79,91%.

"Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar dunia. Besarnya produksi domestik membuat komoditas karet menjadi salah satu andalan ekspor nasional," sambungnya.

Amerika dan Jepang merupakan negara tujuan ekspor karet remah (crumb rubber) terbesar bagi Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor karet remah Indonesia mencapai 2,09 juta ton sepanjang Januari-November 2021.

Baca Juga: APBI Menilai Aturan DHE SDA Tidak Memberatkan Industri Ban

Nilai tersebut hanya tumbuh 4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya seberat 2,01 juta ton. Sementara total nilai ekspor karet remah senilai US$ 3,56 miliar sepanjang periode Januari-November 2021.

Nilai tersebut tumbuh 36,38% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya hanya US$ 2,61 miliar. Naiknya harga karet di pasar global membuat nilai ekspor karet naik cukup signifikan.

Berikut 10 negara yang menjadi tujuan ekspor karet remah terbesar bagi Indonesia periode Januari-November 2021:

1.Amerika Serikat senilai US$ 840,22 juta, tumbuh 60,31%.

2.Jepang senilai US$ 739,84 juta, tumbuh 62,73%.

3.India senilai US$ 270,09 juta, tumbuh 29,32%.

4.Tiongkok senilai US$ 259,65 juta, turun 27,21%.

5.Korea Selatan senilai US$ 227,91 juta, naik 32,29%.

6.Turki senilai US$ 121,05 juta, tumbuh 26,25%.

7.Brasil senilai US$ 112,05 juta, tumbuh 62,29%.

8.Kanada senilai US$ 109,79 juta, tumbuh 25,96%.

9.Rusia senilai US$ 78,06 juta, tumbuh 196,79%.

10. Belgia senilai US$ 65,52 juta, tumbuh 140,36%.

Baca Juga: Kelangkaan Ban Alat Berat Hantui Kontraktor Tambang, Produksi Batubara Bisa Terganggu

Nilai ekspor karet remah kesepuluh negara tersebut mencapai US$ 2,83 miliar sepanjang periode Januari-November tahun lalu. Nilai tersebut mencapai 79,4% dari total nilai ekspor. Data tersebut menunjukkan Indonesia masih memiliki potensi besar pada perkebunan karet.

"Jangan sampai para petani membunuh habis tanaman karetnya karena hasil penjualan tidak mampu menutupi biaya produksi," ujar Aziz Pane.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×