kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APBI memprediksi permintaan batubara mulai membaik di kuartal III-2020


Kamis, 07 Mei 2020 / 18:22 WIB
APBI memprediksi permintaan batubara mulai membaik di kuartal III-2020
ILUSTRASI. Foto udara tempat penumpukan sementara batu bara di Muarojambi, Jambi. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/hp.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap pasar dan harga batubara diprediksi akan berlanjut di Kuartal II seiring dengan pandemi Corona (Covid-19) yang belum teratasi. Permintaan batubara yang terkoreksi membuat Harga Batubara Acuan (HBA) merosot, lantaran indeks pembentuk HBA yang mengalami penurunan.

Pada bulan Mei, HBA tercatat US$ 61,11 per ton atau anjlok 7,08% dibanding HBA bulan lalu. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan penurunan permintaan (demand) masih berlanjut di bulan Mei dan Juni.

Baca Juga: Indika Energy (INDY) antisipasi tren penurunan harga batubara di kuartal II-2020

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengungkapkan, kondisi pasar batubara saat ini sedang kelebihan pasokan atau oversupply. Ia menjelaskan, pasokan batubara domestik di China sebagai importir batubara terbesar, telah kembali lancar. Sementara, ketersediaan stockpile batubara di Negeri Tirai Bambu itu masih banyak.

Alhasil, permintaan impor batubara dari China cenderung melemah. Hal serupa juga terjadi di India. Permintaan impor dari negara yang menerapkan lockdown itu akan terkoreksi, dan lebih memilih untuk mengoptimalkan pasokan batubara domestik.

"Diperkirakan penurunan ekspor batubara akan terjadi di Kuartal II, dimana permintaan negara-negara tujuan ekspor menurun. Belum lagi ada pula negara tujuan ekspor yang mulai beralih menggunakan energi lain selain batubara," kata Hendra saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (7/5).

Hendra membeberkan, pergerakan HBA pada awal tahun ini memang anjlok cukup signifikan. Selama Kuartal I 2019, rerata HBA masih berada di level US$ 91,59 per ton. Sedangkan rerata HBA pada Kuartal I tahun ini melorot ke angka US$ 66,63 per ton. "Perbandingannya cukup jauh. Covid-19 hanya satu dari beberapa faktor lain yang terjadi sejak awal tahun 2020," ungkap Hendra.

Baca Juga: Siap-siap menadah untung, ini proyeksi dividen Bukit Asam (PTBA)

Kendati begitu, tingkat produksi batubara selama Kuartal I terbilang masih normal. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, realisasi produksi batubara nasional hingga April 2020 mencapai 187 juta ton atau setara dengan 34% dari target tahun 2020 yang mencapai 550 juta ton.

Menurut Hendra, sebagian besar perusahaan, khususnya yang berskala besar masih beroperasi normal untuk memenuhi target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB). "Sehingga pada dasarnya dari sisi supply tidak bermasalah. Namun yang menjadi masalah ada dari sisi demand," kata Hendra.

Ia pun berhadap, demand dari negara pengimpor batubara bisa mulai membaik pada periode Kuartal III. Itu pun masih dengan catatan ketidakpastian kondisi global terkait dengan penyebaran dan penanganan pandemi Covid-19. "Di Kuartal III kita berhadap demand mulai membaik. Namun masih ada faktor yang menghambat, seperti kekhawatiran adanya gelombang kedua serangan virus corona," tandas Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×