kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

APKI Ungkap Peluang dan Tantangan Bisnis Pulp and Kertas Tahun Ini


Kamis, 04 Januari 2024 / 15:17 WIB
APKI Ungkap Peluang dan Tantangan Bisnis Pulp and Kertas Tahun Ini
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja memeriksa kualitas kertas di pabrik APP-Sinar Mas di Provinsi Riau, Senin (18/7). APKI Ungkap Peluang dan Tantangan Bisnis Pulp and Kertas Tahun Ini.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menungkapkan peluang dan tantangan bisnis pulp dan kertas pada 2024. Pelaku industri pulp dan kertas akan memanfaatkan peluang dan mewaspadai sejumlah tantangan yang akan dihadapi industri ini.

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), konsumsi kertas per kapita Indonesia tergolong rendah di angka 32 kilogram (kg) pada tahun 2022.

Jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Kanada, dan Jepang, mereka memiliki tingkat konsumsi kertas mencapai 200 kg per kapita. Hal ini menunjukkan adanya potensi untuk peningkatan konsumsi per kapita di pasar domestik.

Baca Juga: Bisnis Pulp dan Paper Diproyeksikan Tumbuh Signifikan di Semester II-2023

Selain itu, permintaan akan kertas kemasan (packaging) dan tisu terus mengalami peningkatan di dunia. Era e-commerce dibutuhkan kemasan box atau sejenisnya kerap digunakan untuk mengemas paket barang yang dibeli oleh masyarakat.

Tren gaya hidup sehat juga mendorong penggunaan tisu dan kertas untuk kemasan pangan yang dianggap lebih aman dan sustainable untuk lingkungan dibandingkan plastik.

Hal ini didukung dengan data ekspor kertas kemasan pangan Indonesia sebesar 18.000 ton di tahun 2022 di mana mengalami peningkatan sebesar 49,7% dari 12.000 ton pada tahun 2021.

Investasi pada sektor ini juga tergolong tinggi dibandingkan industri agro lainnya. Berdasarkan datar dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2023, investasi industri kertas dan barang dari kertas di periode Januari - September 2023 mencapai Rp 39,11 triliun, baik Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang menempatkan sektor ini di urutan kedua investasi terbesar di industri agro setelah industri makanan.

Baca Juga: Kinerja Emiten Pulp and Paper Tetap Menarik Tahun Depan, Cek Rekomendasi Analis

Industri pulp dan kertas masih memiliki peluang yang begitu besar. Namun, industri ini juga menghadapi tantangan dan hambatan.

Ketua Umum APKI Liana Bratasida mengatakan, ada tantangan internasional dan domestik yang harus dihadapi oleh industri pulp dan kertas. Ia menjelaskan, dari sisi tantangan Internasional, dampak dari Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Sejak RCEP diberlakukannya pada 2 Januari 2023, industri kertas di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam bentuk persaingan yang tidak seimbang.

"Produk kertas dari China dapat memasuki pasar Indonesia dengan tarif 0%, sementara produk serupa dari Indonesia dikenai tarif sekitar 5%-7% ketika di ekspor ke Tiongkok," kata Liana kepada Kontan.co.id, Kamis (4/1).

Baca Juga: TGKA dan ASSA Membidik Peluang Segar Bisnis Gudang Berpendingin

Hal ini, kata dia, menimbulkan urgensi untuk diskusi bilateral antara Indonesia dan Tiongkok untuk menciptakan kondisi perdagangan yang lebih adil serta harus ada aksi mitigasi untuk melindungi industri di dalam negeri.

Selain itu, Uni Eropa telah mengimplementasikan beberapa regulasi yang mempengaruhi industri ini, termasuk regulasi anti-deforestasi yang akan mendiskriminasi produk kertas Indonesia ke EU dan akan ada tambahan due dilligence yang harus dilakukan industri untuk patuh pada aturan EU serta regulasi Waste Shipment Regulation yang ke depannya akan membatasi pengiriman bahan baku kertas daur ulang dari EU ke industri di Indonesia.

"Sehingga, akan ada kekurangan bahan baku untuk produksi kertas kemasan yang saat ini permintaannya meningkat di mana ini memerlukan investasi tambahan dari perusahaan di Indonesia untuk memenuhi standar yang ditetapkan, sehingga menambah beban operasional," ungkap Liana.

Sementara itu, dari sisi domestik, pemerintah mewajibkan adanya retensi atau penahanan modal industri dari hasil ekspor sebesar 30% selama tiga bulan. Hal tersebut, menurut Liana, mengganggu cash flow karena modal yang seharusnya bisa dipergunakan untuk mendukung proses produksi, harus ditahan di rekening bank.

Baca Juga: Bisnis Pulp dan Paper Diproyeksikan Tumbuh Signifikan di Semester II-2023

Selain itu, ada Neraca Komoditas. Komoditas yang berkaitan dengan industri pulp dan kertas yang sudah masuk NK yakni Garam Industri dan yang akan masuk dalam NK yaitu Produk Kehutanan dan Kertas Daur Ulang.

Liana menuturkan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, untuk komoditas garam industri pulp dan kertas mengalami kesulitan karena adanya pemotongan volume impor dari yang dibutuhkan, padahal sudah dilakukan survey oleh Kementerian Perindustrian.

Liana menambahkan, hambatan terjadi karena sistem informasi untuk Neraca Komoditas belum tersinkronisasi dengan baik sehingga adanya keterlambatan penerbitan laporan izin serta masih adanya ketidaksamaan data antar K/L yang menyebabkan keterlambatan penerbitan PI, pengurangan volume impor dari yang diajukan dan lain-lain.

Sementara itu, dari sisi emiten produsen kertas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) membukukan penurunan laba bersih hingga kuartal III-2023.

 

Baca Juga: Delegasi Hongkong Berkunjung ke Indonesia Menciptakan Peluang Kerjasama Bisnis

Per 30 September 2023, laba bersih INKP anjlok hingga 50% menjadi US$ 320,88 juta. Jika dibandingkan periode yang sama sebelumnya, laba bersih INKP sebesar US$ 647,18 juta.

Anjloknya laba bersih INKP disebabkan oleh pendapatan yang juga turun sebesar US$ 2,68 miliar hingga kuartal III-2023, angka tersebut turun sebanyak 10%. Pada kuartal III-2022, pendapatan INKP sebesar US$ 2,99 miliar.

Sementara TKIM juga membukukan penurunan laba bersih 61,15% menjadi US$ 134,08 juta hingga kuartal III-2023. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih TKIM sebesar US$ 345,18 juta.

Pendapatan bersih TKIM juga menyusut sebanyak 8,21%, per 30 September 2023, pendapatan bersih TKIM sebesar US$ 812,63 juta. Pada kuartal III-2022, TKIM membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 885,38 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×