Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Asia Pulp & Paper (APP) segera menggelar ekspansi usaha tahun ini. Anggota Grup Sinarmas ini berniat membangun pabrik pulp di wilayah Sumatera Selatan. Proyek ini merupakan bagian dari rencana ekspansi APP demi menggenjot kapasitas produksi.
Director Corporate and Communication APP, Suhendra Wiriadinata, mengatakan, APP sedang menjajaki pembicaraan dengan pihak perbankan
terkait pendanaan untuk investasi pabrik. Namun Suhendra enggan mengungkapkan nilai investasi pabrik pulp tersebut dan berapa besar
kapasitasnya. "Untuk pabrik di Sumatera Selatan masih dalam pembicaraan, nanti pada saatnya akan kita sampaikan," kata Suhendra.
Alasan APP membangun pabrik di wilayah itu karena perusahaan ini memiliki mitra di sana yang sanggup menyuplai bahan baku. "Bahan bakunya
cukup karena dalam dua hingga tahun bisa ditebang," kata Suhendra.
Untuk pemasaran, nantinya 60%-70% produksi untuk pasar ekspor. Saat ini, pasar utama APP adalah Asia, Timur Tengah, Amerika Serikat (AS), dan
Eropa. Kalau dirinci, hampir separuh ekspor APP menyasar Asia, sedangkan pasar Timur Tengah sebesar 17% dan sebagian kecil ke AS dan Eropa.
Pembangunan pabrik pulp ini direncanakan selama tiga tahun. Di masa mendatang, APP lebih mengutamakan produk kertas tisu, kertas kemasan,
dan kertas untuk industri. "Produksi kertas tisu cukup besar karena konsumsi makin bertumbuh," ungkap Suhendra.
APP masuk bisnis kertas tisu melalui dua unit usahanya, yakni PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills dan PT Univenus. Kapasitas produksi terpasang pabrik tisu APP mencapai 630.000 ton per tahun. Beberapa merek tisu milik APP antara lain Paseo, Nice, Jolly, Toply, dan Livi.
APP juga berniat menaikkan produktivitas kayu demi ketersediaan bahan baku. Misalnya, di lahan 1 hektare yang biasanya menghasilkan tebangan
kayu 150 ton, nantinya ditingkatkan menjadi 200 ton-250 ton kayu.
Selain ekspansi usaha, APP juga menghentikan pembukaan hutan alam di seluruh rantai pasokannya di Indonesia. Langkah ini berlaku efektif per
1 Februari 2013.
Chairman APP Teguh Ganda Wijaya mengatakan, seluruh pemasok APP telah menangguhkan aktivitas pembukaan hutan alam hingga selesainya penilaian independen untuk identifikasi area bernilai konservasi tinggi.
Penilaian stok karbon tinggi atau high carbon stock (HCS) yang dilakukan oleh The Forest Trust (TFT) akan mengidentifikasi seluruh area dengan
tutupan hutan. Hal ini untuk memastikan pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) di masa datang tidak dilakukan di hutan.
Menurut Teguh, pencapaian ini dua tahun lebih cepat dari target. Pada awalnya sustainability roadmap APP menargetkan implementasi prinsip
hutan bernilai konservasi tinggi dan penghentian pembukaan hutan alam di seluruh wilayah rantai pasokannya pada 2015. "Kami berharap pemangku kepentingan dapat mendukung kebijakan baru kami serta mendorong pemain industri lain mengikuti langkah ini," kata Teguh.
Produksi APP setiap tahun mencapai 18 juta ton yang dipasarkan ke 120 negara.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyatakan, larangan pembukaan hutan alam adalah amanat kebijakan moratorium hutan. Kementerian Kehutanan memberikan kesempatan kepada perusahaan menyelesaikan pengembangan HTI hingga 2013. "Tidak mungkin secara sepihak kami membatalkan. Kami berharap perusahaan lain ikuti langkah APP ini," tutur Zulkifli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News