Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. JAKARTA.Rencana pemerintah mengendalikan harga bahan kebutuhan pokok menjelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak(BBM) bersubsidi dinilai akan sangat sulit. Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), menyatakan, kenaikan harga bahan kebutuhan pokok secara signifikan akan sulit dibendung dan rata-rata kenaikan bisa melebihi 30%.
Sekretaris Jenderal APPSI, Ngadiran, menuturkan, jika pemerintah tidak mempunyai strategi yang tepat maka kenaikan harga kebutuhan bahan pokok sulit dihindarkan. "Sudah sejak bertahun-tahun, bahkan tanpa kenaikan BBM, harga bahan pokok akan naik jelang hari raya puasa dan lebaran," ujarnya kepada Kontan, Minggu (16/6).
Menurut Ngadiran, kebijakan menaikan harga BBM menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri kurang tepat. Ia menilai, tanpa ada kenaikan harga BBM harga-harga sudah dipastikan akan naik mendekati hari raya keagamaan.
Pada saat bulan Ramadan, lanjut dia, dipastikan permintaan barang kebutuhan pokok akan meningkat signifikan. Termasuk, adanya permainan para distributor yang menahan barang dalam waktu tertentu, sehingga menjadi faktor pendorong keniakan harga di pasaran.
Kenaikan harga BBM juga berimbas pada menignkatnya pula biaya distribusi atau transportasi barang. "Kalau harga distribusi naik maka harga jual barang akan menyesuaikan atau ikut naik," tandasnya.
APPSI mencatat, pada periode jelang bulan Ramadan tanpa adanya kenaikan BBM, harga barang kebutuhan pokok naik sekitar 4%-6%. Bahkan, untuk komoditas tertentu bisa naik mencapai 30%. Sehingga, dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM subsidi menjelang Ramadan dan Lebaran, maka harga kebutuhan pokok berpotensi naik lebih dari 30%.
Ngadiran menambahkan, saat ini harga telur di pasaran sudah mencapai Rp 17.000-Rp 18.000 per Kilogram (Kg). Angka tersebut naik sekitar 30% dari harga normalnya sebesar Rp 13.500 per Kg.
Dia menilai, kebijakan menegndalikan harga klebutuhan pokok harus dilakukan berdasarkan rendana jangka panjang dans ecara berkala. "Kebijakan peran Bulog impor daging sangat sulit bisa kendalikan harga yang hanya berperan dalam dua sampai tiga bulan. Ini saja daging dalam enam bulan terakhir harga belum turun-turun," ujarnya.
Ngadiran mengusulkan, pengendalian harga kebutuhan pokok harus dengan melibatkan asosiasi pedagng pasar dan bukan hanya Bulog saja. Kemudian, pemerintah harga berani mematok harga eceran setiap barang kebutuhan pokok agar perang peadagang pasar jelas.
Kementerian Perdagangan sudah mengantisipasi
Sebelumnya, pemerintah juga memastikan telah mengambil langkah antisipasi kendalikan harga kebutuhan pokok jelang kenaikan harga BBM. Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag), Srie Agustina mengklaim, Kemdag sudah mengantisipasi kenaikan Harga sembako ketika Harga BBM resmi naik.
Kemdag telah meminta kepala daerah memastikan kesiapan dan stok bahan pokok menjelang BBM naik. Instruksi tersebut tertuang dalam Surat Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 126/2013 tentang Antisipasi Kenaikan Harga Produk Sembako, yang disebar ke setiap kabupaten dan kota.
Lewat surat itu, setiap daerah wajib mengambil tindakan pengendalian Harga sembako. Pertama, melakukan indentifikasi daerah-daerah yang langka BBM. Kedua, menghitung dampak kenaikan Harga BBM terutama terhadap distribusi kebutuhan pokok. Ketiga, daerah wajib memantau pergerakan Harga harian sembako secara intensif di tingkat eceran, pasar tradisional juga jumlah stoknya. Pemerintah pusat akan mengintensifkan pemantauan Harga dan kecukupan stok Pangan.
Kemdag berjanji bakal mengawasi aksi penimbunan sembako. "Kami minta produsen dan distributor menambah pasokan ke pasar dan tidak menimbun," kata Srie. Kemdag mengklaim, sampai pertengahan Juni 2013 ini, secara nasional rata-rata barang kebutuhan pokok seperti gula kristal putih, minyak goreng, daging sapi, telur ayam negeri, dan susu kental manis mengalami penurunan.
Sebagai info, pada akhir Mei 2013 barang kebutuhan pokok sempat mengalami kenaikan seperti gula pasir sebesar 0,22%, minyak goreng curah 0,21%, daging sapi 0,25%, daging ayam ras 1%, tepung terigu 0,1%, kedelai 0,27%, cabe merah keriting 1,89%, dan cabe merah biasa 3,39%.
Kenaikan harga tersebut umumnya disebabkan oleh kurangnya pasokan ke pasar, akibat curah hujan yang masih tinggi di beberapa daerah sentra produksi, dan faktor psikologis peternak terkait rencana kenaikan harga BBM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News