Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan keprihatinannya atas peristiwa gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala. Asosiasi ritel juga menyampaikan rasa dukacita sedalamnya kepada keluarga korban yang kehilangan anggota keluarganya.
Dampak peristiwa ini mengakibatkan kerugaian materiil & non materiil yang sangat besar. Aprindo mencatat, kerugian sekitar 450 miliar yang dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern. Yang terdampak diantaranya Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi, dan lainnya yang beroperasi di Poso, Palu dan Donggala.
Roy N Mandey, Ketua Umum DPP Aprindo mengatakan, sampai saat ini gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum beroperasi karena masih dalam proses konsolidasi dan pendataan. Harapannya dalam waktu singkat dapat segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat.
"Kerugian ini meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan & stok barang di gudang serta sedikitnya lima orang korban jiwa dari para penjaga toko akibat gempa dan tsunami," ujarnya dalam siaran pers, Minggu (30/9).
Roy menyayangkan pernyataan sikap pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri yang berkesan arogan dengan memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko Ritel yang ada di Palu dan Donggala tanpa koordinasi lebih dahulu dengan para pemilik usaha atau management maupun menghubungi APRINDO sebagai Assosiasi Pengusaha Toko Modern.
Menurutnya, keputusan tersebut tidak mendidik masyarakat. Di samping itu pemerintah seolah-olah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata krama, moral, etika, multi tafsir dan kurang berbudaya.
Padahal selama ini peritel modern turut pula memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat seperti saat terjadi kejadian serupa (gempa bumi) di Lombok, Yogyakarta, Padang, Aceh dan sebagainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News