Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Meski begitu, hal ini bukan berarti bahwa stimulus yang ada lantas menyelesaikan semua persoalan yang ada. Firman berujar saat ini produsen sepatu lokal tengah menghadapi persoalan harga dan ketersediaan bahan baku. Menurut catatan Firman, beberapa pemain tertentu memang masih memiliki stok ketersediaan bahan baku yang cukup untuk menunjang kegiatan produksi.
Namun demikian, di lain pihak, terdapat pula beberapa pemain yang sudah mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Hal ini salah satunya dipicu oleh terkendalanya pengiriman bahan baku impor dari China pada medio Februari-Maret 2020 lalu akibat penerapan lockdown di China untuk bahan baku yang memang diperoleh secara impor.
Di samping itu, di pasar lokal, beberapa pedagang bahan baku sudah memutuskan untuk menutup sementara kegiatan operasional bisnisnya akibat pasar yang sepi. Di sisi lain, persoalan harga yang melonjak akibat pelemahan nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga turut mempersulit produsen lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya.
Baca Juga: Cegah penyebaran virus corona, SKK Migas-Inpex beri donasi untuk masyarakat
Padahal, proporsi bahan baku sepatu dalam total kebutuhan bahan baku produsen sepatu lokal memiliki porsi yang tidak sedikit, yakni sekitar 50%-60% dari total kebutuhan bahan baku. Adapun beberapa contoh bahan baku yang diimpor antara lain seperti tekstil, kulit sintetis, komponen seperti besi untuk lubang tali sepatu, dan lain-lain.
Sejumlah bahan baku ini terpaksa diperoleh secara impor lantaran memang tidak tersedia di dalam negeri, tersedia di dalam negeri namun memiliki kualitas yang tidak sesuai, atau memiliki harga yang lebih kompetitif bila dibandingkan dengan bahan baku di lokal. “Masalahnya kalau ada satu bagian bahan baku saja tidak ada kita tidak bisa produksi,” jelas Firman (17/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News