Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program mandatori campuran biodiesel 30% dan 70% Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar alias B30 sudah diimplementasikan di seluruh Indonesia per Januari tahun ini. Dengan mandatori tersebut, diperkirakan kebutuhan biodiesel akan mencapai 9,6 juta kiloliter di 2020.
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Paulus Tajkrawan pun optimistis industri penghasil biodiesel di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan biodiesel tersebut.
“Ya harus optimistis. Semuanya harus terpenuhi,” ujar Paulus kepada Kontan.co.id, Minggu (12/1).
Baca Juga: Indeks agrikultur turun 5,92%, analis memprediksi prospek saham CPO masih cerah
Menurut Paulus, semua produsen pun tengah berupaya memenuhi target tersebut. Dia menyebut kapasitas terpasang industri biodiesel hingga saat ini memang mencapai 12 juta kiloliter. Namun, tak semua mesin bisa digunakan setiap tahunnya.
“Kapasitas terpasang 12 juta kilo liter, tetapi dalam pengoperasiannya, ada kalanya diservis mesinnya, atau mesinnya listriknya dimatikan. Sehingga masing-masing perusahaan menetapkan kapasitas produksinya ada yang 80%, 85%, dan 90%,” tutur Paulus.
Bila rata-rata kapasitas produksi sekitar 90%, maka produksi biodiesel tahun ini berkisar 10,6 juta kiloliter. Paulus mengakui angka tersebut tak jauh dari kebutuhan biodiesel untuk program mandatori B30. Namun, dia mengatakan industri pun tengah berupaya memenuhi kebutuhan tersebut.
Paulus pun mengatakan, di pertengahan tahun 2020 akan terdapat beberapa perusahaan yang menambah kapasitas produksi.
Dia mengaku belum mengetahui secara pasti berapa besar penambahan produksi biodiesel tersebut. Namun, dia memperkirakan terdapat penambahan 2 juta kiloliter hingga 2,5 juta kiloliter di tahun ini.
Baca Juga: Permintaan Naik, Harga CPO Menuju RM 4.000
Lebih lanjut Paulus pun mengakui terdapat beberapa tantangan dalam menjalankan program mandatori B30 ini. Pertama, terkait pembagian berapa besar biodiesel yang dipasok oleh masing-masing industri.
“Ini tidak mudah. Produksi perusahaan biodiesel mungkin tidak pas dengan kebutuhan, jadi ini harus dibagi-bagi,” kata Paulus.
Tantangan kedua berkaitan dengan transportasi. Paulus mengatakan, dengan adanya kebutuhan biodiesel menjadi sekitar 9 juta kiloliter, naik dari tahun lalu yang sekitar 6 juta kiloliter, maka masalah transportasi atau angkutan harus dipersiapkan dengan baik.
Sementara itu, Paulus pun mengatakan serapan biodiesel di tahun lalu dengan adanya progam B20 telah mencapai sekitar 6,4 juta kiloliter.
Menurut Paulus angka tersebut sesuai dengan Surat Menteri ESDM tentang penggunaan Biodiesel B20 di tahun 2019, jumlah kontrak Pertamina dengan BUBBN, serta jumlah besaran Biodiesel yang di kirim ke Pertamina dan BUBBM lainnya. “Kalau dari kontrak dan PO yang kami punyai, semuanya terpenuhi,” kata Paulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News