kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Aptindo: Tidak mungkin diversifikasi pangan


Kamis, 21 Oktober 2010 / 17:24 WIB
Aptindo: Tidak mungkin diversifikasi pangan
ILUSTRASI. RemitPro


Reporter: Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Kenaikan harga gandum rupanya cukup mengkhawatirkan, karena kenaikan harganya sejak Juli 2010 sampai OKtober ini sudah mencatat hampir 60%. Namun, industri nasional yang berbasis gandum mengaku tidak bisa mengelak dari kenaikan harga gandum dunia itu karena gandum sulit untuk di subtitusi ke sumber kabrbohidrat lainnya.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) Fransiscus Welirang menyatakan, langkah diversifikasi gandum kepada sumber protein lain sulit dilakukan oleh industri. Pasalnya, pasokan untuk sumber protein lain selain gandum itu sulit dipenuhi dan juga belum tentu disenangi oleh konsumen.

“Diverisifikasi untuk itu tidak mungkin,” kata pria yang akrab dipanggil Franky tersebut di Jakarta, Kamis (21/10). Franky menyebutkan, kesulitan diversifikasi gandum sulit dilakukan karena tidak ada jaminan ketersediaan bahan baku lainnya yang akan dijadikan sumber pengganti karbohoidrat.

“Kalau saya ganti dengan gandum (terigu) ke tapioka, sekarang harganya juga mahal,” katanya. Menurut Franky, jika harga gandum yang merupakan produk pangan dunia sudah mengalami kenaikan, maka pengaruhnya akan menaikan harga produk pangan lainnya termasuk tapioka.

Franky menyebutkan, langkah yang paling logis dilakukan adalah melakukan penambahan komposisi sumber lain dan mengurangi kandungan terigunya. Namun, langkah itu menurutnya hanya bisa dilakukan oleh industri menengah dan industri kecil.

“Bagaimana Industri besar bisa mendapatkan bahan baku? Siapa yang bisa menyediakan tepung tapioka sebanyak 3.000 ton sekali pesan,” kata Franky yang meragukan ada produksi tepung tapioka skala besar di dalam negeri. Ia berharap, penggunaan tepung alternatif selain terigu itu sebaiknya dilakukan oleh industri kecil dan menengah yang bisa tumbuh dan berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×