kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Asaki: Harga gas US$ 6 per mmbtu dan safeguard dorong pemulihan industri keramik


Selasa, 29 Desember 2020 / 14:18 WIB
Asaki: Harga gas US$ 6 per mmbtu dan safeguard dorong pemulihan industri keramik
ILUSTRASI. Industri keramik dalam negeri


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menilai, implementasi stimulus harga gas US$ 6 per mmbtu dan pemberlakuan safeguard untuk produk impor China, India dan Vietnam, turut mempercepat pemulihan industri keramik.

Menurut Ketua Umum Asaki Edy Suyanto, kebijakan tersebut tepat sasaran dan tepat waktu, khususnya dalam mendorong pemulihan industri akibat pandemi Covid-19. 

"Juga peningkatan daya saing serta penguatan industri keramik terhadap ancaman produk impor, sangat dirasakan manfaatnya," kata Edy kepada Kontan.co.id, Senin (28/12).

Dia menggambarkan, per akhir November 2020, utilisasi kapasitas produksi nasional sudah bisa meningkat ke angka 65%. Angka itu sudah seperti tingkat utilisasi di awal tahun 2020 sebelum masa pandemi Covid-19. 

Baca Juga: Pemerintah diminta evaluasi harga gas US$ 6 per MMBTU untuk industri tertentu

Kondisi ini pun menandakan bahwa industri keramik di dalam negeri sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Asaki berharap, dengan adanya upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat seperti program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan percepatan penyerapan APBN/APBD, bisa ikut meningkatkan utilitas kapasitas produksi nasional di akhir 2020 ke angka 70%, atau menjadi yang tertinggi sejak 5 tahun terakhir.

Lebih lanjut, Edy bilang, pemulihan industri keramik juga didukung dengan kinerja ekspor yang membaik. 

Merujuk data BPS, angka ekspor keramik Januari-September 2020 sebesar US$ 49,8 juta atau meningkat 24%. Sedangkan secara volume mencapai angka 12,8 juta m2, meningkat 29%.

Kinerja ekspor dalam sembilan bulan di tahun ini merupakan kinerja tertinggi sejak tahun 2016, setelah setiap tahun mengalami penurunan. 

"Peningkatan angka ekspor tentunya karena membaik dan meningkatnya daya saing industri keramik degan harga gas baru dan mulai dibukanya lockdown di negara-negara tujuan export," jelas Edy.

Adapun lima negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand dan Amerika Serikat (AS). 

Baca Juga: Intikeramik Alamasri Industri (IKAI) berjibaku genjot bisnis hotelnya akibat pandemi

Lonjakan ekspor terbesar terjadi dengan tujuan negara AS, yang mencapai 130%. Disusul, Filpina naik sekitar 60% dan Taiwan naik 40%. Peningkatan ekspor di luar lima tujuan utama juga terjadi di Australia, yang mana untuk pertama kalinya ekspor meningkat mendekati 50%.

Namun di sisi lain, Asaki menilai bahwa perkembangan produk impor cukup mengkhawatirkan. Pasalnya terjadi loncatan angka import di kuartal ketiga sehingga secara akumulasi Januari-September 2020 angka impor bertumbuh kembali positif 1,5% di level 52 juta m2. 

Sebelumnya impor hingga semester I-2020 masih negatif atau mengalami penurunan volume impor 2%. Kenaikan impor mulai terjadi di bulan Juli dan puncaknya di bulan September lalu dengan volume 8,9 juta m2. 

Realisasi itu juga menjadi level tertinggi sejak penerapan safeguard di bulan Oktober 2018. Angka impor diperkirakan akan semakin meningkat terlebih mulai bulan Oktober 2020 ini besaran bea masuk impor turun dari 21% ke angka 19%.

Adapun safeguard untuk keramik impor China, India dan Vietnam di tahun ini merupakan tahun ketiga dan tahun terakhir. "sehingga saat ini Asaki telah mengajukan kembali perpanjangan Safeguard untuk term yang kedua," sambung Edy.

Menurutnya, safeguard dengan besaran bea masuk 23%; 21%; 19% manfaatnya tidak terlalu optimal untuk menghambat laju angka impor. Pasalnya pada tahun 2018, angka impor tahunan tetap bertumbuh 19% dan tahun 2019 turun sedikit yaitu 9%. Sedangkan Januari-September 2020 bertumbuh 1,5%.

Baca Juga: Asaki: Utilisasi pabrikan keramik nasional bisa naik sampai 70% di akhir tahun

Oleh sebab itu, Asaki meminta perhatian dan dukungan pemerintah terhadap tiga hal. Pertama, perpanjangan safeguard term kedua dengan besaran bea masuk yang lebih besar atau safeguard plus penetapan minimum Import Price. 

Kedua, Penetapan pelabuhan impor tertentu/terbatas untuk produk keramik. Ketiga, pengetatan persyaratan SNI Impor.

Terkait harga gas, Edy menyampaikan bahwa industri mencoba untuk meningkatkan utilisasi produksi ke angka maksimum kontrak Perjanjian Jual Beli Gas dengan PT PGN Tbk, atau supplier lainnya. Namun, gangguan daya beli di tengah resesi ekonomi dan dampak pandemi covid-19 membuat upaya industri tersendat.

"Pada intinya daya saing industri terbantu dan meningkat dengan adanya stimulus harga gas US$ 6. Namun efektifitas untuk bisa segera meningkatkan utilisasi terdistorsi ganggungan daya beli akibat pandemi," pungkas Edy.

Selanjutnya: Kemenperin bakal terapkan harga gas US$ 6 per mmbtu bagi industri lainnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×