kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Respons Positif Wacana Pemangkasan Bea Keluar CPO


Kamis, 10 April 2025 / 17:02 WIB
Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Respons Positif Wacana Pemangkasan Bea Keluar CPO
ILUSTRASI. Pekerja membongkar dan menata tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di salah satu tempat penampungan Desa Leuhan, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Senin (13/1/2025). Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah berencana melakukan skema penyesuaian untuk tarif bea keluar bagi komoditas CPO.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto memerintahkan jajarannya untuk memberikan keringanan terhadap beban pungutan perpajakan, salah satunya ialah pengurangan bea keluar atas ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). 

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah berencana melakukan skema penyesuaian untuk tarif bea keluar bagi komoditas CPO. Ia bilang nantinya akan disesuaikan dari rentang 0% hingga 25%, disesuaikan dengan kebutuhan industri.

“Bea keluar untuk CPO, kami juga akan lakukan adjustment. Ini juga equivalent dapat mengurangi beban hingga 5%,” terang Sri Mulyani di acara sarasehan ekonomi, Menara Mandiri, Rabu (9/4).

Baca Juga: Soal Kebijakan Tarif Impor Trump, Begini Dampaknya ke Sektor Kelapa Sawit

Mengenai hal ini, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, merespons positif usulan tersebut. Ia mengatakan jika wacana pengurangan beban ekspor, khususnya ke Amerika Serikat dapat menambah peluang eksportir sawit dalam negeri.

“Untuk pengurangan beban ekspor sebaiknya kalau khusus untuk AS bisa lebih besar agar kompetitif,” terang Eddy kepada Kontan, Kamis (10/4).

Sebab, Eddy menyebut jika pangsa pasar sawit di AS masih memiliki potensi yang cukup besar.

“Sepertinya pemerintah akan mempertimbangkan ini karena memindahkan 2,5 juta ton ke pasar lain juga tidak mudah dan saya yakin pasar AS ini masih memungkinkan untuk dinaikkan menjadi 3 juta ton,” ucapnya.

Baca Juga: Target Penerimaan Bea Keluar Tahun 2025 Turun Imbas Larangan Ekspor Tembaga

Eddy menjelaskan jika selama 5 tahun terakhir, ekspor sawit Indonesia ke AS terus meningkat. Pada tahun 2020, ekspor ke AS sebesar 1,5 juta ton. pada tahun 2023 mencapai 2,5 juta ton, dan turun sedikit di tahun 2024 sebesar 2,2 juta ton. 

Menurut catatan Eddy, nilai ekspor ke AS sebesar US$ 1,1 miliar sampai US$ 2,9 miliar.

“Pangsa pasar minyak sawit Indonesia di AS 89%, ini sangat besar, artinya ini harus dijaga,” lanjutnya.

Ada pun, Eddy memperkirakan kenaikan total volume ekspor sawit ke AS untuk periode tahun ini, kemungkinan akan kembali seperti tahun 2023 yang sebesar 2,5 ton. Terakhir, ia kemudian menjelaskan mengenai faktor yang menyebabkan peningkatan ekspor sawit ke AS.

Baca Juga: Target Penerimaan Bea Keluar Turun Jadi Rp 4,47 Triliun di 2025, Ini Penyebabnya

“Karena kebutuhan untuk industri terus meningkat, utamanya juga untuk industri pangan, sebab produk minyak sawit tidak semua dapat digantikan minyak nabati lain,” pungkasnya.

Selanjutnya: Pelonggaran TKDN, XL Axiata Harap Kebijakan Baru Tetap Dukung Industri Telekomunikasi

Menarik Dibaca: 10 Sayuran yang Tidak Boleh Dikonsumsi Penderita Diabetes secara Berlebihan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×