kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Aspaki: Impor Alat Kesehatan Sudah Lebih Rendah


Kamis, 15 Februari 2024 / 20:29 WIB
Aspaki: Impor Alat Kesehatan Sudah Lebih Rendah
ILUSTRASI. Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) menyebut, impor alat kesehatan (alkes) di tahun 2023 lalu sudah lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) menyebut, impor alat kesehatan (alkes) di tahun 2023 lalu sudah lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Sekjen Aspaki Cristina Sandjaja mengatakan, hal ini terjadi karena adanya dorongan dari berbagai kementerian, lembaga dan pengguna anggaran terhadap produk alat kesehatan dalam negeri.

“Per-hari ini ada 15.228 jenis alat kesehatan lokal yg terdaftar di Kementerian Kesehatan. Angka tersebut merupakan 22% dari total alat kesehatan yg terdaftar di Kemenkes,” ungkap Cristina saat dihubungi Kontan, Kamis (15/02). 

Baca Juga: Hilirisasi Industri Alat Kesehatan Lokal Bakal Diperkuat

Sebelumnya, demi menekan porsi impor alkes yang mencapai 88%, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengandalkan penggunaan baja, plastik, dan karet untuk menjadi bahan baku alat kesehatan

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan pihaknya menjamin bahan baku alkes agar menghasilkan produk berbasis teknologi tinggi seperti electromedical devices, implan orthopedic, dan perangkat radiologi. 

“Terkait bahan baku, kami berupaya untuk mendorong produsen bahan baku baja, plastik, dan karet agar dapat menghasilkan produk medical grade bagi industri alat kesehatan dalam negeri sebagaimana juga tercantum dalam RIPIN 2015-2035," kata Taufiek, dalam keterangan tertulis yang dikutip Kamis (15/2).

Cristina menambahkan, saat ini masih terdapat tantangan bagi alat kesehatan dalam negeri berkembang terutama dari preferensi user atau pemakai yang masih condong ke produk impor, dan ekosistem industri yang masih belum cukup kuat mendukung industri lokal.

“Saya harap bisa terus menggaungkan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan mengembangkan ekosistem yang lebih lengkap untuk mendukung alkes lokal,” imbunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×