kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Australia lirik industri pengolahan garam


Kamis, 20 Agustus 2015 / 17:55 WIB
Australia lirik industri pengolahan garam


Reporter: David Oliver Purba | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rabu (19/8) bertandang ke Australia guna menjaring minat investor asing berinvestasi di dalam negeri.

Dalam kunjungan tersebut, beberapa investor asal negeri kangguru ini menyatakan minatnya untuk berinvestasi di dalam negeri, salah satunya untuk investasi pengolahan garam industri.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengungkapkan, investor tersebut tengah mencari lahan yang tepat untuk berinvestasi. Beberapa daerah yang disasarnya yakni Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan Bima, Nusa Tenggara Barat. “Nilai investasi mereka US$ 35 juta,” ungkap Franky dalam siaran resmi yang diterima, Kamis(20/8).

Selain minat investasi di pengolahan garam, investor yang terjaring dari kegiatan pemasaran ini yakni perusahaan yang bergerak di bidang industri cat dan perekat sebesar US$ 15 juta, perkapalan senilai US$ 50 juta, dan fasilitas pelabuhan sebesar US$ 30 juta .

Dubes RI untuk Australia dan Republik Vanuatu, Nadjib Riphat Kesoema, yang juga hadir dalam kegiatan pemasaran investasi tersebut menegaskan bahwa pengusaha Australia harus mulai lebih berani mengambil resiko dan melakukan investasi di Indonesia. Selama ini, kalangan pebisnis Australia lebih banyak melakukan perdagangan dan dinilai sangat berhati-hati dalam melakukan investasi.

“Jadi karakteristik pengusaha Australia yang risk adverse membuat mereka sering kali ketinggalan dengan investor-investor di negara-negara seperti Jepang dan RRT dalam mengambil keputusan berinvestasi,” jelas Nadjib.

Persoalan ini, menurut Nadjib lebih karena ketidakpahaman budaya kedua negara. Menurut data BKPM, selama kurun waktu 2010 hingga Semester 1 2015, total realisasi investasi Australia mencapai US$ 1,9 miliar. Australia menduduki peringkat ke-12 sebagai penyumbang investasi di Indonesia.

Sebanyak 42% merupakan investasi di bidang kimia dasar, barang kimia dan farmasi, diikuti oleh 41% investasi pertambangan, dan 4% investasi di bidang industri logam dasar. Sebagian besar investasi Australia terletak di Kalimantan dan Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×