kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bagaimana Nasib Industri Teknologi dan Informasi Memasuki Tahun Politik?


Jumat, 27 Oktober 2023 / 07:00 WIB
Bagaimana Nasib Industri Teknologi dan Informasi Memasuki Tahun Politik?
ILUSTRASI. Industri teknologi dan informasi


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Computrade Technology International (CTI Group), penyedia solusi infrastruktur teknologi informasi menyelenggarakan acara Golden Circle Club (GCC) membahas prospek perekonomian, potensi bisnis dan investasi pada tahun 2024 dengan tema: “Assessing the Business Impact on the Indonesia’s 2024 Election”.

Acara ini menghadirkan pembicara ahli Prof. Burhanuddin Muhtadi, Ph.D, Executive Director Indikator Politik Indonesia, Hendri Saparini Ekonom Senior CORE Indonesia, dan Dino Bramanto Advisor iCIO Community & Managing Director Kalbe E-Health.

Dalam paparannya di acara GCC, Ekonom Senior Hendri Saparini memprediksi, ekonomi global tengah mengalami perlambatan meskipun masih tumbuh positif di tahun 2024. Hal ini dipengaruhi oleh permasalahan domestik negara seperti Amerika Serikat (AS) dan China.

"Di tahun 2024, AS diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar 1,1% dan China di 4,5%, lebih rendah dibandingkan pada tahun ini dimana AS memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6% dan China di 5,2%," ujarnya dikutip dari keterangan resmi, Kamis (26/10).

Baca Juga: Pemerintah Memperkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat di Kuartal III-2023

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sendiri di tahun 2024 diproyeksikan sebesar 5,1%, tidak jauh berbeda dari tahun ini yang sebanyak 5%.

Ini melihat ekonomi Indonesia sebagai ekonomi tradisional, di mana 56% itu didukung oleh sektor domestik dan 12%, konsumsi pemerintah lewat APBN dan APBD.

Jadi kurang lebih 70% ekonomi Tanah Air digerakkan oleh ekonomi domestik sehingga tidak bergantung pada ketidakpastian ekonomi global.

“Dengan melihat berbagai indikator ekonomi itu, kami optimis tahun depan yang merupakan tahun politik, tidak akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Ekonomi kita tetap akan tumbuh 5%. Tetapi yang turun adalah pertumbuhan investasi, karena mereka akan wait and see. Jadi, sampai dengan Februari atau kalau dua putaran (Pemilihan Presiden) sampai dengan Juni, itu kita sudah tahu siapa yang akan menang, maka investasi akan dimulai lagi pada semester kedua. Nah, menurut saya kita masih tetap cukup optimis,” jelasnya.

Hal ini juga diamini oleh Prof. Burhanuddin Muhtadi di sesi panel diskusi GCC 2023 dimana ia menilai siapapun presiden terpilih di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 tidak akan banyak mengubah kebijakan ekonomi.

Baca Juga: Sri Mulyani Tebar Paket Kebijakan Agar Pertumbuhan Ekonomi Tetap Tangguh hingga 2024

Hal ini dikarenakan sisi kebijakan pelaku partai dan elit politik Indonesia cenderung mengambil keputusan ekonomi berdasarkan pertimbangan pragmatis.

Seiring berkembangnya era digital, industri IT juga memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Hendri memproyeksikan tahun 2024, industri IT mengalami perubahan orientasi investasi dimana profitabilitas di sektor jasa informasi telah menjadi hal yang paling penting saat ini.

Sebelumnya, terutama selama masa pandemi dari tahun 2020 hingga 2022, sektor ini mengalami peningkatan investasi. Namun, kini tidak hanya Indonesia yang mengalami perubahan, melainkan juga pasar global mengalami peningkatan rasionalitas dalam investasi teknologi.

Perubahan ini dikuatkan oleh pandangan dari para pelaku bisnis seperti Dino Bramanto dari iCIO Community, yang menekankan pentingnya efisiensi dan efektivitas dalam investasi.

Di tahun 2024, pelaku bisnis akan fokus pada dua area utama, yaitu personalisasi layanan konsumen dan keamanan data. Untuk mendukung personalisasi layanan konsumen, perusahaan perlu berinvestasi dalam manajemen data teknologi turunannya, seperti Artifical Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML).

Baca Juga: Ini Strategi Xi Jinping untuk Menyelamatkan Ekonomi China

Data yang terkumpul dari konsumen dapat digunakan untuk menganalisis perilaku dan kebutuhan mereka, sehingga perusahaan dapat memberikan layanan yang lebih sesuai.

Sementara itu, keamanan data menjadi semakin penting di era digital. Perusahaan perlu berinvestasi dalam teknologi keamanan untuk melindungi data konsumen dari serangan siber.

Akan tetapi, hal ini juga menimbulkan tantangan bagi pelaku bisnis terutama soal kemampuan sumber daya manusia di sektor IT.

“Potensi tenaga kerja Indonesia yang besar di bidang IT dan ICT, namun, masih terdapat gap antara skill dan knowledge yang dibutuhkan oleh industri dengan yang dimiliki oleh tenaga kerja Indonesia.Tantangan terbesar adalah bagaimana mengisi gap tersebut, Tidak hanya skill, tapi bagaimana mempercepat adopsi dan implementasi teknologi baru yang lebih cepat karena bisnis memiliki time to market. Hal ini penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan di era digital” ujar Dino. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×