kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bakal jadi tumpuan ekonomi, industri digital masih dalam dekapan konglomerat mapan


Selasa, 27 April 2021 / 15:55 WIB
Bakal jadi tumpuan ekonomi, industri digital masih dalam dekapan konglomerat mapan
ILUSTRASI. Industri digital masih dikuasai konglomerat mapan


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

Senada, Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur melihat bahwa investasi konglomerat di ekosistem digital kian subur. Dengan cara itu, para konglomerat bisa mendiversifiaksi portofolio bisnisnya, sembari menangkap peluang pasar ekonomi digital yang terus tumbuh.

Selain itu, strategi ini juga sebagai langkah untuk melakukan sinergi bisnis dengan bisnis korporasi yang sudah mapan. Misalnya Astra di Gojek atau platform ride-hailing yang beririsan dengan inti bisnis Astra di sektor otomotif. Begitu juga dengan grup Djarum dan Sinar Mas yang sudah kuat dalam bisnis perbankan dan pembiayaan bisa melebar ke digital payment.

"Jadi investasi ini pada dasarnya bukan hanya untuk diversifikasi ke pasar yang mereka belum memiliki kompetensi, tapi juga bagian dari strategi market development," sebut Taufiq.

Di sisi lain, karena ekonomi digital merupakan pasar dengan pemain yang relatif baru, masuknya konglomerasi besar pun disambut oleh perusahaan rintisan. Apalagi dalam ekosistem ekonomi digital, semakin banyak sinergi yang terjalin, akan semakin cepat untuk tumbuh.

Baca Juga: Akan tambah investasi di Gojek, Telkomsel sepertinya ingin manfaatkan momentum

Taufiq juga berpandangan, panggung besar ekonomi digital Indonesia akan terkonsentrasi pada tiga kelompok utama yakni Gojek-Tokopedia, Grab-BukaLapak-OVO, dan Shopee Grup. Namun hal ini bisa menjadi tantangan (barrier to entry) bagi para pemain baru atau yang masih berkembang. 

Dengan begitu, pilihan yang bisa dilakukan adalah dengan ikut pada poros besar atau diakuisisi. Lalu pilihan lainnya adalah bertahan dengan membentuk poros baru atau menjadi single player dengan fokus bisnis yang digeluti.

"Karena untuk menjadi pemain besar pra-syaratnya setidaknya ada dua. First mover dan punya customer based," tutur Taufiq.

Mengenai segmen yang prospektif untuk berkembang, selama tahun lalu, Taufiq melihat sektor digital pendidikan (EduTech) dan kesehatan (HealthTech) sangat prospektif. Begitu juga dengan segmen digital finanvial services. Alhasil, kontributor ekonomi digital Indonesia akan semakin bervariasi.

Selanjutnya: Grab Beli Saham Emtek (EMTK) Investor Harus Cermati Rencana Bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×