kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bakal jadi tumpuan ekonomi, industri digital masih dalam dekapan konglomerat mapan


Selasa, 27 April 2021 / 15:55 WIB
Bakal jadi tumpuan ekonomi, industri digital masih dalam dekapan konglomerat mapan
ILUSTRASI. Industri digital masih dikuasai konglomerat mapan


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri digital dengan beragam segmen dan platform-nya digadang bakal menjadi tumpuan ekonomi Indonesia di masa depan. Dengan potensi pasar yang melimpah, Indonesia pun telah melahirkan usaha rintisan berbasis digital dengan nilai valuasi lebih dari US$ 1 miliar (unicorn) hingga yang berlabel decacorn (valuasi lebih dari US$ 10 miliar).

Meski mengusung model bisnis baru, namun industri digital Indonesia masih ditopang oleh konglomerat lama. Korporasi berskala jumbo macam Djarum Grup, EMTEK, Sinar Mas Grup, hingga Grup Astra ramai membanjiri investasi pada platform digital dengan berbagai segmen ini.

Grup Djarum misalnya, untuk platform marketplace memiliki BliBli. Selain berinvestasi di Gojek, Grup Djarum juga bakal terlibat dalam aksi pencatatan umum saham perdana alias initial public offering (IPO) Grab. 

Selain Djarum, konglomerasi Indonesia yang turut berpartisipasi dalam aksi go public Grab di Amerika Serikat (AS) adalah EMTEK dan Grup Sinar Mas. 

Sinar Mas dan EMTEK juga semakin melebarkan sayap bisnisnya di ekonomi digital. Misalnya lewat Sinar Mas Digital Venture dan Happy Fresh, lalu untuk EMTEK masuk ke BukaLapak dan DANA.

Grup Astra pun tak mau ketinggalan. Selain berinvestasi di Gojek, baru-baru ini Grup Astra juga menanamkan dana di usaha rintisan (start up) Sayurbox dan Halodoc. 

Investasi yang digelontorkan Astra mencapai Rp 580 miliar untuk kedua start up tersebut. Rinciannya, US$ 35 juta atau setara Rp 507,5 miliar untuk Halodoc dan US$ 5 juta setara Rp 72,5 miliar untuk Sayurbox.

Baca Juga: Dukungan konglomerat Indonesia untuk Grab yang bersiap melantai di bursa AS

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda menilai, perusahaan digital terutama yang baru berkembang, masih sulit lepas dari ketergantungan pada konglomerat atau venture capital. 

Pararel dengan itu, tren gencarnya konglomerasi besar masuk ke industri digital menandakan sektor ini menjadi bisnis yang potensial untuk sekarang dan punya prospek yang cerah ke depannya.

Sangat mungkin, makin banyak konglomerasi besar yang tertarik untuk turut mengempit kue ekonomi digital ini, terlebih beberapa platform digital dan unicorn Indonesia disebut-sebut siap melakukan IPO. Nah, lewat instrumen IPO ini, Huda berpandangan cengkeraman konglomerasi bisa sedikit melonggar.

"Saya rasa tidak akan terlalu dikuasai karena kepemilikan dari perusahaan digital bukan hanya oleh konglomerasi. Terlebih jika sudah IPO maka konglomerasi besar ini juga akan “sharing” kepemilikan oleh publik," jelas dia kepada Kontan.co.id, Selasa (27/4).

Yang pasti, dia melihat bahwa peta kompetisi ekonomi digital Indonesia bakal bertumpu pada tiga poros utama. Pertama, poros Gojek yang dikabarkan akan merger dengan Tokopedia. Gojek merupakan super apps ride-hailing dan memiliki digital payment yang kuat, ditambah dengan Tokopedia yang merupakan salah satu marketplace terbesar.

Kedua, kubu Grab yang berkolaborasi dengan OVO, DANA dan juga BukaLapak. Ketiga, Shopee Grup yang menjadi raksasa e-commerce serta memiliki digital payment yang kuat, bahkan Shopee juga sudah merambah ke sektor pesan antar makanan.

"Akan seru persaingan konglomerasi ketiga kelompok perusahaan digital itu. Mereka pasti akan mengembangkan ekosistemnya masing-masing. Semakin banyak layanan di ekosistem mereka, maka akan semakin menang," terang Huda.

Senada, Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur melihat bahwa investasi konglomerat di ekosistem digital kian subur. Dengan cara itu, para konglomerat bisa mendiversifiaksi portofolio bisnisnya, sembari menangkap peluang pasar ekonomi digital yang terus tumbuh.

Selain itu, strategi ini juga sebagai langkah untuk melakukan sinergi bisnis dengan bisnis korporasi yang sudah mapan. Misalnya Astra di Gojek atau platform ride-hailing yang beririsan dengan inti bisnis Astra di sektor otomotif. Begitu juga dengan grup Djarum dan Sinar Mas yang sudah kuat dalam bisnis perbankan dan pembiayaan bisa melebar ke digital payment.

"Jadi investasi ini pada dasarnya bukan hanya untuk diversifikasi ke pasar yang mereka belum memiliki kompetensi, tapi juga bagian dari strategi market development," sebut Taufiq.

Di sisi lain, karena ekonomi digital merupakan pasar dengan pemain yang relatif baru, masuknya konglomerasi besar pun disambut oleh perusahaan rintisan. Apalagi dalam ekosistem ekonomi digital, semakin banyak sinergi yang terjalin, akan semakin cepat untuk tumbuh.

Baca Juga: Akan tambah investasi di Gojek, Telkomsel sepertinya ingin manfaatkan momentum

Taufiq juga berpandangan, panggung besar ekonomi digital Indonesia akan terkonsentrasi pada tiga kelompok utama yakni Gojek-Tokopedia, Grab-BukaLapak-OVO, dan Shopee Grup. Namun hal ini bisa menjadi tantangan (barrier to entry) bagi para pemain baru atau yang masih berkembang. 

Dengan begitu, pilihan yang bisa dilakukan adalah dengan ikut pada poros besar atau diakuisisi. Lalu pilihan lainnya adalah bertahan dengan membentuk poros baru atau menjadi single player dengan fokus bisnis yang digeluti.

"Karena untuk menjadi pemain besar pra-syaratnya setidaknya ada dua. First mover dan punya customer based," tutur Taufiq.

Mengenai segmen yang prospektif untuk berkembang, selama tahun lalu, Taufiq melihat sektor digital pendidikan (EduTech) dan kesehatan (HealthTech) sangat prospektif. Begitu juga dengan segmen digital finanvial services. Alhasil, kontributor ekonomi digital Indonesia akan semakin bervariasi.

Selanjutnya: Grab Beli Saham Emtek (EMTK) Investor Harus Cermati Rencana Bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×