Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
Dari sektor domestik, sejumlah sektor dinilai punya potensi antara lain fertilizer, steam hingga refinery. Kendati demikian, Ahmad menilai kehadiran green hydrogen tidakĀ akan serta merta bisa menggantikan produk eksisting yang ada.
"Kemungkinan tidak akan secara langsung gantikan, kalau bandingkan titik saat ini harga green hydrogen akan sedikit lebih tinggi dibanding hydrogen lainnya. Perlu upaya pengembangan pasar dan berikan value propositon," terang Ahmad.
Dia bilang, dengan menawarkan nilai produk green hydrogen maka ada faktor cleanliness yang dinilai jadi keunggulan untuk ditawarkan kepada konsumen. Bahkan menurut Ahmad, terdapat sejumlah customer yang punya kebutuhan terhadap sumber energi yang dapat mendorong tercapainya carbon neutral dan siap membayar dengan harga premium.
Di sisi lain, Direktur Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris mengungkapkan, saat ini pihaknya memang tengah memproses kehadiran regulasi guna mendorong pemanfaatan panas bumi untuk potensi non kelistrikan.
Baca Juga: Wamen BUMN: IPO holding panas bumi ditargetkan bisa dilakukan pada kuartal IV-2021
"Kami mulai identifikasi di lokasi panas bumi apa ada potensi untuk tingkatkan keekonomian dan potensinya yang besar. Tidak hanya untuk ke hidrogen tapi juga potensi dalam dukung perkebunan teh, tembakau untuk pengering," jelas Harris.
Sebelumnya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan pengembangan hydrogen emang jadi salah satu fokus Pertamina ke depannya. Pasalnya hydrogen dinilai sebagai potensi energi hijau.
"Proyek pertama PLTP Ulubelu, sekarang hasilkan green hydrogen ini diperlukan untuk bioenergi dan posisi hari ini demand-nya juga besar untuk kilang," jelas Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (20/5).
Selanjutnya: Anak usaha Pertamina kini hanya tersisa 12 perusahaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News