kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Banyak proyek pembangkit ditunda, investasi listrik masih minim


Kamis, 25 Oktober 2018 / 18:58 WIB
Banyak proyek pembangkit ditunda, investasi listrik masih minim
ILUSTRASI. Gardu induk PLTU-PLTGU Tambak Lorok


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih kesulitan mencapai target investasi tahun ini. Tengok saja realisasi investasi di sektor ketenagalistrikan hingga akhir September 2018 baru mencapai US$ 4,8 miliar atau 39,34% dari target US$ 12,2 miliar.

Padahal Pemerintah telah mencanangkan program pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW). Investasi ini diharapkan bisa membawa investasi mulai tahun 2014 sampai tahun 2019.

Menteri ESDM Ignasius Jonan menjelaskan investasi di sektor ketengalistrikan memang menyesuakan dengan pertumbuhan ekonomi dan penggunaan listrik. Saat ini, pertumbuhan ekonomi hanya 5%, sementara target proyek listrik 35.000 MW berdasarkan pertumbuhan ekonomi 7%-8%.

"Listrik investasinya pasti turun, kalau diharapkan meningkat terus, itu membangun (pembangkit) berapa besar, kan tidak mungkin itu. Jadi listrik 35.000 megawatt tidak mungkin semua diinvestasikan sampai 2019, karena pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Kalau dulu waktu 35.000 MW harus selesai 5 tahun itu pertumbuhan ekonominya 7%-8%," terang Jonan.

Dengan pertumbuhan ekonomi hanya 5%, maka pertumbuhan penggunaan listrik hanya sekitar 7,5%. Maka tidak heran jika sebagian proyek pembangkit listrik yang masuk dalam proyek 35.000 MW yag sebelumnya ditargetkan selesai pada 2019 jadi diteruskan hingga tahun 2024-2025.

"Penggunaan listrik rata-rata setiap daerah sekitar 1,5 kali pertumbuhan ekonomi. Kalau misalnya pertumbuhan ekonomi 7% ya penggunaan listrik 10,5%, kalau (pertumbuhan ekonomi) 8% ya (penggunaan listrik) 12%, tetapi kalau pertumbuhan ekonomi 5% maksimum penggunaan listrik 7,5%. Kalau dibandingkan beda 3%, itu besar sekali. Kalau kapasitas terpasang 60 gigawatt, 3% itu 1.800 MW, besar sekali. Jadi ini kita geser sampai 2024 2025, jadi makanya setelah ini akan flat," imbuh Jonan.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebut penundaan proyek pembangkit listrik ini memang menjadi salah satu faktor mininya investasi listrik pada tahun 2018. Salah satunya proyek PLTGU Jawa 1 yang investasinya bisa mencapai US$ 1,8 miliar.

"Ada proyek-proyek besar yang tertunda, misalnya PLTGU Jawa 1 yang tertunda financial closing. Jadi baru kelauar equity-nya untuk persiapan proyek," kata Fabby kepada Kontan.co.id, Kamis (25/10).

Selain proyek-proyek besar tersebut, Fabby juga bilang ada 45 proyek pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang juga belum financial closing. Padahal seharusnya konstruksi sudah bisa dilakukan pada tahun ini. "Selain itu 45 proyek pembangkit energi terbarukan yang sudah PPA tahun lalu juga belum financial closing sampai tahun ini padahal direncanakan bisa mulai konstruksi tahun ini," kata Fabby.

Salah satu alasan banyaknya proyek pembangkit listrik EBT yang tidak berjalan karena regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Fabby menyebut Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 tahun 2017 membuat pembangkit listrik EBT tidak bankable.

"Kalau untuk proyek EBT yang tidak jalan penyebabnya adalah proyek-proyek tersbeut tidak bankable. Salah satu faktor yang membuat proyek tidak bankable adalah aturan regulasi Permen ESDM 50/2017," imbuh Fabby.

Menurut Fabby, Permen ESDM ini juga yang membuat proses penetapan Daftar Penyedia Tetap )DPT) yang merupakan proses pra-kualifikasi molor. "Akibatnya lelang proyek-proyek EBT PLN tahun 2018 terlambat dilakukan. Ini juga menyebabkan investasi tidak optimal," katanya.

Investasi sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi hingga kuartal III memang belum maksimal. Kementerian ESDM mencatat investasi sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) sebesar US$ 800 juta atau 40% dari target US$ 2 miliar.

Selain ketenagalistrikan, sektor minerba juga mencatat realisasi investasi yang tidak cemerlang hingga kuartal III 2018. Realisasi investasi sektor minerba baru mencapai sebesar US$ 1,6 miliar atau 25,8% dari target US$ 6,2 miliar.

Ditanya mengenai hal ini, Direktur Jenderal Minerba, Bambang Gatot Ariyono mengatakan masih mininya realisasi investasi minerba cuma karena masalah pencatatan saja. Makanya Bambang menyebut Ditjen Minerba belum ada rencana merubah kebijakan dan regulasi demi meningkatkan investasi.

"Nanti itu realisasinya banyak yang belum melaporkan. (Akhir tahun) sesuai target lah. Kemarin banyak laporan perusahaan yang belum masuk saja, itu belum semuanya," kata Bambang.

Sementara itu, investasi di sektor migas masih jauh lebih baik dibanding sektor lainnya. Hingga akhir September 2018, sektor migas mencatatkan realisasi investasi sebesar US$ 8 miliar atau sebesar 47,61% dari target tahun ini US$ 16,8 miliar.

Total realisasi investasi sektor energi dan minerba hingga kuartal III 2018 sebesar sebesar US$ 15,2 miliar. Realisasi tersebut baru 40,86% dari target investasi tahun ini yang ditetapkan US$ 37,2 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×