kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BASF dan Eramet Batal Investasi Hilirisasi Nikel US$ 2,6 Miliar, BKPM Bilang Begini


Kamis, 27 Juni 2024 / 13:41 WIB
BASF dan Eramet Batal Investasi Hilirisasi Nikel US$ 2,6 Miliar, BKPM Bilang Begini
ILUSTRASI. Eramet dan perusahaan Jerman BASF memutuskan membatalkan proyek smelter nikel-kobalt untuk baku baterai listrik di kawasan Teluk Weda, Maluku Utara.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tambang Prancis Eramet dan perusahaan Jerman BASF memutuskan membatalkan proyek smelter nikel-kobalt untuk baku baterai listrik di kawasan Teluk Weda, Maluku Utara.

Adapun, proyek bernama Sonic Bay memiliki nilai investasi senilai US$ 2,6 miliar atau setara Rp 42,64 triliun. Yang tadinya ditargetkan akan mulai beroperasi pada tahun 2026.

Terkait hal ini, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut, keputusan Eramet dan BASF tersebut telah diketahui Pemerintah Indonesia dan tidak menurunkan minat investor asing untuk menanamkan modalnya pada sektor hilirisasi di Indonesia. 

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan, keputusan BASF dan Eramet untuk membatalkan investasinya adalah keputusan bisnis yang diperoleh setelah melakukan berbagai evaluasi.

”Kami dari awal terus mengawal rencana investasi ini. Namun pada perjalanannya, perusahaan beralih fokus, sehingga pada akhirnya mengeluarkan keputusan bisnis membatalkan rencana investasi proyek Sonic Bay ini,” ujar Nurul dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Kamis (27/06).

Baca Juga: Eramet dan BASF Batalkan Rencana Investasi Hilirisasi Nikel US$2,6 Miliar di Weda Bay

Berdasarkan rilis perusahaan, keputusan BASF dan Eramet untuk tidak meneruskan rencana investasi  didasarkan pada pertimbangan akan perubahan kondisi pasar nikel yang signifikan. Khususnya pada pilihan nikel yang menjadi suplai bahan baku baterai kendaraan listrik. 

Sehingga, BASF memutuskan tidak ada lagi kebutuhan untuk melakukan investasi suplai material baterai kendaraan listrik. 

BKPM melihat, hilirisasi untuk ekosistem baterai kendaraan listrik masih sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. "Apalagi, baru-baru saja Indonesia mendapat peringkat 27 pada World Competitiveness Ranking (WCR) 2024. Top 3 terbaik di wilayah ASEAN,” imbuh Nurul.

Baca Juga: BKPM Pastikan Komitmen Investasi Baterai Kendaraan Listrik Rp 630 T Berjalan Lancar

Meski begitu, menurutnya, minat investor asing di sektor hilirisasi tetap tinggi dan bahkan beberapa proyek investasi di sektor tersebut telah mencapai tahap realisasi. Sebagai contoh, proyek smelter tembaga terbesar di dunia  milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur resmi beroperasi mulai 27 Juni 2024. 

Bukti nyata lainnya, produksi massal baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia akan dimulai oleh PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat pada Juli 2024 dan akan diresmikan Presiden Joko Widodo. 

Selanjutnya: Mencegah Diabetes, Manfaat Daun Ini Ampuh untuk Penurun Gula Darah

Menarik Dibaca: Cara Membersihkan Talenan setelah Memotong Daging Mentah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×