Reporter: Nurmayanti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Produsen semen dalam negeri tengah berhitung ulang mengenai harga jual produknya. Ini dilakukan setelah harga batu bara melonjak cukup besar di kisaran 30% hingga 50% sejak awal tahun 2009. Padahal, batu bara merupakan komponen terpenting dalam biaya produksi. Alhasil, beberapa produsen semen nasional pun mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual produknya.
Meski demikian, kenaikan harga semen baru akan terjadi pada triwulan kedua di 2009 sebesar 5% hingga 10%. Seperti kebiasaan, konsumsi semen diperkirakan menurun pada kuartal pertama setiap tahunnya. "Dalam tiga bulan pertama harga semen belum naik. Tapi setelah bulan tiga di mana permintaan semen membaik dan kebutuhan semen meningkat maka kecenderungan harga semen naik pada saat itu," ujar Chief Executive Corporation (CEO) Bosowa corporation Erwin Aksa, Kamis (15/1).
Kondisi cuaca yang kurang bersahabat juga menyebabkan banyak proyek pembangunan diperkirakan akan mandek. Dampaknya, konsumsi semen ikut turun. Kondisi baru berubah pada triwulan kedua, di mana proyek pembangunan kembali bergeliat. Pada saat inilah para produsen mulai menaikkan harga jual semen.
Saat ini, harga batu bara naik dari kisaran Rp 600.000- Rp 700.000 per ton menjadi Rp 800.000 hingga Rp 900.000 per ton. Bagi produsen semen sudah tentu kenaikan ini memberi dampak sangat besar. Sebab, komposisi batu bara mencapai separuh pada biaya produksi. Jika tak menaikkan harga jual, sudah pasti pendapatan produsen semen bakal terpangkas.
Erwin juga menilai, suplai semen di dalam negeri sudah mencapai equilibrium. Hal ini sesuai dengan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang menyebutkan penjualan semen pada 2008 naik 11,5% menjadi 38,087 juta ton dibandingkan penjualan 2007 yang sebesar 34,174 juta ton. Sebab itu, kalaupun terjadi kenaikan suplai pada tahun ini diperkirakan sudah tidak besar lagi. “Paling hanya sekitar 2-3 juta ton saja,” jelasnya.
Sekretaris Perusahaan PT Semen Gresik Saifuddin Zuhri mengaku, saat ini pihaknya tengah menghitung kembali dampak kenaikan batu bara dalam komposisi biaya produksinya. Perseroan belum berani mengambil keputusan tentang kenaikan harga pada saat ini karena melihat kondisi permintaan semen dalam negeri tengah lesu.
"Kenaikan batu bara memang berdampak. Hal ini pasti mempengaruhi keuntungan. Tapi, kami memang sedang kalkulasi ulang dan menunggu situasi dalam tiga bulan ke depan," ujar Saifudin.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Timuryono menilai, wajar jika harga semen naik. Sebab, kenaikan harga batu bara sudah cukup tinggi. Namun, setiap produsen memiliki kebijakan tersendiri tentang besaran kenaikan harga produk mereka. "Pertimbangan dari perusahaan seperti konsumsi semen yang biasanya turun dengan kondisi cuaca saat ini," ujar Urip.
Secara nasional, Urip memprediksi penjualan semen pada tahun bakal stagnan seperti 2008 dengan kisaran 38 juta ton. Pemicunya, pasar properti yang melemah. Sebab, konsumsi terbesar semen memang datang dari sektor usaha ini. "Satu hal yang membantu konsumsi semen adalah proyek dari pemerintah. Jika itu berjalan secara maksimal, maka konsumsi semen setidaknya sama dengan tahun 2008,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News