Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ingin terus mempertahankan laju bisnis meski beban pokok harus membengkak pasca harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Dus, produsen semen plat merah ini akan menerapkan tiga strategi sekaligus.
Pertama, mengerek harga. Perusahaan berkode SMGR di Bursa Efek Indonesia itu menaikkan harga jual Rp 1.000 sehingga harga satu sak semennya saat ini sekitar Rp 66.000. "Untuk beberapa daerah, kami telah menaikan harga jual semen," kata Sekretaris Perusahaan SMGR Agung Wiharto kepada KONTAN, pekan lalu.
Sebelumnya, pada tahun ini juga, Semen Indonesia juga sudah menaikan harga sekitar 5%. Kenaikan itu atas respon kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Agung mengatakan, biaya BBM berkontribusi sekitar 17% terhadap total beban pokok. Kalau biaya listrik berkontribusi 12% terhadap beban pokok.
Hingga September 2014, beban pokok pendapatan Semen Indonesia mencapai Rp 10,89 triliun. Sementara pendapatan perusahaan itu Rp 19,35 triliun.
Kedua, memaksimalkan sistem informasi teknologi untuk meningkatkan utilisasi pelabuhan bongkar muat. Perusahaan itu akan memodifikasi posisi belok atau mengantri kapal sehingga proses bongkar muat lebih efisien. "Saat ini utilisasi pelabuhan kami 70%-80%," tutur Agung.
Ketiga, mengkaji pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan gas buang atau waste heat recovery power generation (WHRPG) untuk pabrik semen Tonasa. Pembangkit listrik itu berpotensi memproduksi listrik 10 megawatt (MW) sampai 15 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News