kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.350.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Teknologi Internet via Satelit, Telkomsel Minta Adopsinya Bertahap


Minggu, 26 Oktober 2025 / 10:18 WIB
Teknologi Internet via Satelit, Telkomsel Minta Adopsinya Bertahap
ILUSTRASI. Logo telkomsel


Reporter: Leni Wandira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana implementasi layanan internet langsung dari satelit ke perangkat seluler (non-terrestrial network device-to-device / NTN-D2D) mulai mencuri perhatian industri telekomunikasi. 

Teknologi yang memungkinkan ponsel terhubung langsung ke satelit tanpa menara telekomunikasi (BTS) ini disebut berpotensi memperluas jangkauan layanan digital di wilayah yang belum tersentuh jaringan seluler. Namun, pelaku industri menilai implementasinya tidak bisa tergesa-gesa.

Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel Abdullah Fahmi mengatakan, Telkomsel melihat perkembangan teknologi NTN-D2D sebagai bagian dari evolusi alami industri telekomunikasi global. 

Meski demikian, penerapan di Indonesia harus mempertimbangkan kesiapan ekosistem agar tidak menimbulkan disrupsi terhadap struktur industri yang sudah berjalan.

“Teknologi ini membuka peluang perluasan akses digital, khususnya di wilayah yang belum terjangkau jaringan terestrial. Namun, adopsinya di Indonesia perlu dilakukan bertahap dan terukur, dengan memastikan kesiapan infrastruktur nasional,” ujar Fahmi kepada Kontan, Minggu (26/10/2025).

Baca Juga: EXCL Kaji Teknologi Satelit ke Ponsel, Soroti Tantangan Teknis dan Skema Investasi

Menurut Fahmi, ada dua aspek teknis utama yang harus diperhatikan sebelum implementasi dilakukan secara luas. Yakni integrasi jaringan satelit–terestrial agar tidak menimbulkan interferensi, serta kesiapan perangkat. Saat ini sebagian besar ponsel yang beredar belum mendukung komunikasi langsung ke satelit.

Telkomsel siap berkolaborasi dengan penyedia layanan satelit untuk memperluas akses di wilayah non-komersial atau 3T, sesuai ketentuan pemerintah. Namun, perusahaan menekankan kolaborasi harus berorientasi pada penguatan industri telekomunikasi nasional, bukan sekadar kerja sama komersial.

“Kolaborasi yang ideal adalah yang saling melengkapi, bukan substitusi. Perlu ada transfer teknologi, peningkatan kapabilitas, dan efisiensi operasional agar perluasan konektivitas di 3T berjalan berkelanjutan,” jelas Fahmi.

Masuknya layanan komunikasi satelit langsung ke perangkat dinilai tak serta merta mengubah arah belanja modal (capex) Telkomsel. Fahmi menegaskan fokus investasi perseroan tetap pada penguatan jaringan terestrial, mulai dari fiber, 4G, hingga 5G sebagai backbone utama layanan digital nasional.

“NTN-D2D kami pandang sebagai solusi pelengkap untuk wilayah yang secara ekonomi tidak feasible dibangun jaringan terestrial. Strategi investasi akan terus disesuaikan, tetapi prinsipnya harus memperkuat industri dalam negeri dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

Telkomsel menilai pemerintah perlu menyiapkan kerangka regulasi yang mampu mendorong inovasi tanpa memicu ketidakseimbangan pasar antara operator seluler dan penyedia layanan satelit global. Sejumlah aspek yang disoroti antara lain kesetaraan regulasi, penataan spektrum, standar keamanan data, dan skema insentif.

“Perkembangan teknologi global harus diiringi kebijakan yang melindungi kepentingan nasional. Level playing field harus dijaga, termasuk soal izin, TKDN, PNBP, dan pajak,” tegas Fahmi.

Ia mengatakan, dukungan kebijakan fiskal dan non-fiskal juga diperlukan agar pengembangan infrastruktur digital, terutama di wilayah 3T, tetap feasible bagi pelaku industri nasional.

Baca Juga: Telkomsat Aktifkan Backup Satelit Pulihkan Gangguan SKKL SMPCS-2

Masuknya teknologi NTN-D2D berpotensi memicu babak baru kompetisi layanan konektivitas di Indonesia. Namun, pelaku industri menilai inovasi tidak boleh mengorbankan industri telekomunikasi domestik yang selama ini menjadi tulang punggung pemerataan akses digital di Indonesia.

Fahmi menegaskan pentingnya keseimbangan antara inovasi dan keberlanjutan industri. “Inovasi seperti NTN-D2D harus dimanfaatkan secara positif untuk memperluas akses digital, tanpa mengganggu keberlanjutan ekosistem operator nasional,” imbuhnya.

Selanjutnya: 10 Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Kembali ke Masa Kecil

Menarik Dibaca: Solusi Payment Gateway dalam Membuka Bisnis untuk Pelaku Usaha di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×