Reporter: Erviana Bastian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) menjadikan akhir tahun ini sebagai momentum untuk mengerek penjualan tiket. AirAsia mengungkapkan, tingkat permintaan rute internasional dan domestik akan melonjak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dendy Kurniawan, Direktur Utama AirAsia mengungkapkan, pihaknya menggunakan beberapa strategi penjualan di akhir tahun. Hingga tutup tahun ini, AirAsia akan fokus pada rute-rute yang mendatangkan keuntungan tinggi dan optimalisasi kapasitas. Saat ini, AirAsia terbang pada total 28 rute dengan kode penerbangan QZ. Dari total tersebut, porsi penerbangan rute internasional sebesar 71,5% dan sisanya penerbangan domestik.
Maskapai penerbangan ini pun akan menerapkan harga dan upaya pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. "Melalui strategi tersebut, kami optimistis bahwa rata-rata tingkat keterisian penumpangnya dapat menembus 80% untuk sepanjang tahun 2018 ini," ungkap Dendy kepada Kontan.co.id, Sabtu (10/11).
AirAsia akan mengoptimalkan penjualan tiket secara online. Hampir 75% dari tiket AirAsia terjual secara online melalui airasia.com maupun aplikasi mobile AirAsia. Selebihnya terjual melalui saluran penjualan lainnya, seperti kantor penjualan kami serta mitra agen perjalanan, baik yang online maupun offline.
Akhir tahun menjadi momen penting bagi AirAsia untuk mengerek kinerja. Pasalnya, pendapatan maskapai ini turun pada sembilan bulan pertama 2018.
Berdasarkan laporan keuangan AirAsia, pendapatan usaha dalam sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp 2,90 triliun, turun tipis 1,36% ketimbang periode yang sama tahun lalu Rp 2,94 triliun.
AirAsia mengungkapkan, kinerja hingga kuartal ketiga diwarnai dampak bencana alam di Lombok dan Palu yang berpengaruh pada permintaan penerbangan, khususnya untuk arus kedatangan ke Indonesia.
Tak cuma itu, beban operasional maskapai ini melonjak 41.31% menjadi Rp 3,66 triliun. Lonjakan beban terutama tampak pada bahan bakar.
"Operasional perusahaan juga masih terdampak harga bahan bakar yang melonjak 35% lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang juga tak kunjung menguat," ungkap Dendy.
Alhasil, CMPP harus merugi hingga Rp 639,16 miliar. Kerugian ini membesar 45% ketimbang periode Januari-September 2017 yang mencapai Rp 440,50 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News