kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini curhatan pengusaha tambang soal efek penggunaan B30 pada alat berat


Jumat, 25 September 2020 / 08:10 WIB
Begini curhatan pengusaha tambang soal efek penggunaan B30 pada alat berat


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah menggencarkan pengaplikasian Biodiesel-30 (B30) pada alat berat pertambangan belum berjalan mulus. Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) mengeluhkan sejumlah kendala yang dihadapi dalam penggunaan B30 pada alat berat pertambangan.

Direktur Eksekutif Aspindo Bambang Tjahjono menuturkan efek negatif penggunaan B30 membuat umur filter kendaraan menjadi lebih pendek. Ia mengungkapkan, penggantian bisa dilakukan 4 hingga 5 kali hingga filter benar-benar bersih.

"(Juga) Ada masalah dengan harga, ada periode tertentu di saat harga sawit masih tinggi sehingga pemerintah memberlakukan harga mengikuti solar," ungkap Bambang dalam diskusi virtual, Kamis (24/9).

Baca Juga: Tiga tahun GNSSA, diharapkan kapasitas PLTS atap di Indonesia tembus orde gigawatt

Bambang melanjutkan dengan penggunaan B30 maka konsumsi bahan bakar akan lebih tinggi ketimbang menggunakan solar. Pasalnya energi yang dihasilkan dari B30 masih rendah ketimbang energi dari solar.

Sementara itu, Direktur Teknik Lingkungan Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Lana Satria menuturkan saat ini kegiatan pertambangan masih menggunakan 100% solar sebagai bahan bakar.

"Ini menjadi angin segar bagi industri minyak, sementara ada target penurunan konsumsi minyak bumi dari 33,58% di 2019 menjadi 25% di 2025," kata Lana dalam kesempatan yang sama.

Lana melanjutkan, sesuai arahan presiden perlu ada pemanfaatan bahan bakar nabati terlebih Indonesia sebagai penghasil sawit terbesar di dunia.

Baca Juga: Pertamina akuisisi proyek revamping kilang TPPI, begini detail proyeknya

Bambang melanjutkan, upaya yang mungkin dilakukan yakni lewat pengembangan greendiesel. Menurutnya pihak swasta dapat diberikan kesempatan untuk turut serta mengembangkan biodiesel. "Dampak negatif karakteristik dalam FAME tidak ditemukan di greendiesel tapi harga masih mahal Rp 14.000 per liter," ujar Bambang.

Selanjutnya: Hilirisasi akan jadi kunci optimalisasi pemanfaatan hasil tambang minerba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×