kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini dampak pandemi Covid-19 ke kinerja dan market share holding farmasi


Rabu, 09 Desember 2020 / 15:15 WIB
Begini dampak pandemi Covid-19 ke kinerja dan market share holding farmasi
ILUSTRASI. Vaksin Covid-19 tiba di Bio Farma


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja anggota holding BUMN farmasi di tahun ini berasal dari produk yang berhubungan dengan pandemi Covid-19. Hal ini seperti obat penunjang penanganan Covid-19, alat rapid test, masker medis, hingga pengadaan vaksin Covid-19. 

Hal tersebut diperkirakan akan berlanjut ke tahun depan, mengingat seluruh anggota holding BUMN Farmasi akan melakukan pengadaan vaksin Covid-19. Rinciannya, PT Bio Farma melakukan pengadaan vaksin dari Sinovac, PT Indofarma Tbk (INAF) dari Novavax, dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dari G-42. 

Tidak hanya itu, Indofarma juga akan memasok jarum suntik untuk vaksinasi. Di pastikan kinerja holding BUMN Farmasi dan market share perusahaan gabungan ini bakal menanjak di tahun depan.

Baca Juga: Tenaga kesehatan positif Covid-19, lima poli di RSUD Banyumas tutup sementara  

Direktur Utama Bio Farma, Honeri Basyir menyatakan, pihaknya tetap optimistis meski saat ini banyak tantangan yang harus dihadapi selama pandemi Covid-19 bergulir. 

"Jelas kalau berbicara revenue dan sales pasti tumbuh. Namun ada beberapa yang harus dipahami juga, bahwa industri farmasi di Indonesia masih bergantung pada impor bahan baku atau 90% bahan bakunya dipenuhi dari luar negeri," kata dia dalam konferensi pers MarkPlus Conference 2021 Lima Navigasi Menghadapi Tahun 2021 secara virtual, Rabu (9/12). 

Pada masa pandemi ini, industri farmasi Indonesia memang menghadapi situasi pasokan bahan baku terbatas, namun di saat yang sama permintaan tumbuh. Konsekuensinya, biaya produksi dan harga jual menjadi naik. 

"Jadi, meskipun sales tumbuh, margin tidak tumbuh signifikan," kata Honesti.  

Di sepanjang semester I-2020, Honesti mengungkapkan penjualan perusahaan pada holding farmasi tumbuh signifikan. Namun, di semester II-2020 karena ekonomi global melandai dan beberapa hal lainnya terjadi, penjualan di paruh kedua tidak sama dengan sebelumnya. 

Di sisi lain, Indofarma pun mengungkapkan kinerjanya di tahun 2020 dan tahun depan akan ditopang dari produk yang berhubungan dengan penanggulangan Covid-19.  

Direktur Indofarma Herry Triyatno menjelaskan, pihaknya belum bisa menghitung kinerja untuk tahun ini karena di bulan Desember, seperti halnya terjadi pada tahun tahun sebelumnya, masih banyak transaksi bisnis karena anggaran beberapa kementerian yang belum terserap.

"Adapun dominasi transaksi tersebut di tahun ini, berkorelasi dengan penanggulangan Covid-19. Karena jumlahnya relatif besar sehingga secara prosentase akan berpengaruh," jelas dia kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/12). 

Secara umum, Herry bilang, kontribusi penjualan di tutup tahun nanti akan didominasi oleh produk yang berhubungan dengan penanganan Covid-19, baik untuk segmen farma maupun alat kesehatan. Tapi, Herry belum bisa memproyeksikan berapa besar kontribusinya ke penjualan INAF. 

Baca Juga: Pakar WHO: Lonjakan tarif kargo untuk alat medis sudah keterlaluan

"Kami belum berani menghitung kontribusi fix-nya karena masih progres," kata Herry. 

Dia menambahkan, di tahun depan produk yang berhubungan dengan Covid-19 akan memberikan kontribusi yang besar ke Indofarma. 

"Kami perkirakan di tahun 2021 kontribusi dari produk yang berhubungan dengan pandemi masih berlanjut.  Namun, pendapatan dari Vaksin, baik Vaksin Pemerintah dan Vaksin Mandiri akan lebih dominan," jelasnya

Mengenai market share, Honesti mengatakan sejalan dengan penggabungan tiga perusahaan farmasi dalam negeri yaitu PT Bio Farma, PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Indofarma Tbk (INAF), jika market share dari ketiga perusahaan farmasi ini digabung, berpeluang menjadi pemain industri nomor satu di Indonesia. 

"Secara holding, kami bisa nomor satu atau dua karena industri farmasi ini fragmanted, bahkan PT Kalbe Farma tidak pernah sampai market sharenya di 10% sehingga kalau market share tiga perusahaan digabung, bisa 7,5% yang artinya berpeluang besar  menjadi nomor satu atau kedua di Indonesia," kata Honesti. 

Honesti berharap di tahun depan dengan adanya program vaksinasi Covid-19, ekonomi dalam negeri bisa kembali berputar dan tumbuh.

Baca Juga: Indofarma (INAF) mengaku siap distribusi vaksin Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×